End Isn't The Worst
Start on 21 August 2011
End on 12 Juni 1012
Saat
itu matahari penuh semangat menyinari bumi dengan sinarnya membuat suhu di bumi
meningkat dan sebaliknya dari semangat sang matahari, siswa siswa daci jadi
malas karna kepanasan. Seusai ulangan PD dan beberapa remedial yang mereka
hadapi hari ini yang cukup membuat otak mereka ngebul di tambah panas cuaca
siang ini membuat mereka semua menghabiskan waktu di kelas yang berAC menonton
film horor di infokus bersama sama. Tapi tidak semua siswa di kelas ipa titut
menonton film, sebagian ada yang sibuk dengan laptopnya masing masing dan ada
yang sibuk menghias kue. Seperti Tari, Tari membatu temanya Arum menghias kue
untuk ayahnya di rumah. Seusai mereka menghias kue dan film horor itu selesai,
semua siswa bersiap siap pulang, dengan malas menghadapi panas di luar sana
mereka berdiri dari bangku masing masing dan berharap segera sampaii rumah tanpa
merasakan panas di luar sana. Sehingga mereka bergegas keluar kelas dan pulang,
tapi tidak dengan Tari, Tari bukanya tidak ingin pulang, atau masih semangat di
sekolah melaikan Tari punya janji dengan Putra untuk bertemu siang itu. Putra
adalaha pacar Tari tapi sudah lama hubungan mereka tidak baik, mereka memang
tidak bertengkar ataupun lost contact namun dalam hati mereka sepertinya sudah
lelah satu sama lain atau mungkin bisa di gambarkan karna sekolah yang berbeda
dan kesibukan masing masing membuat mereka jarang bertemu, dan di sekolah
masing masing mereka menemukan orang lain. Atau bisa juga kita sebut dengan
status palsu.
Saat
semua teman perempuan Tari pulang, Tari masih luntang lantung di kelas. Melihat
di kelas hanya tinggal beberapa orang cowo yang sibuk dengan laptopnya. Salah seorang cowo disana menghampiri Tari
dengan tampang jahilnya dan menyembunyikan tawa. Tari sudah tau apa yang akan
cowo itu lakukan, Tari mundul pelan pelan, yang tadinya wajahnya gelisah antara
pingin pulang dan janji mendadak berubah jadi wajah memelas dan memohon tahu
apa yang akan di perbuat cowo itu. “Di, mau apa?” ujar Tari sambil meletakanya
di depan seraya menghalangi sesuatu.
“kenapa ga pulang?” ujar Adi mendekati
Tari dan Hap! Memegang leher Tari, ia tau Tari paling ga suka lehernya di
pegang. Geli. Yah Adi berhasil membuat
mood Tari naik lagi, Adi dan Tari hanya teman sekelas yang memang sangat
terlihat dekat. Akibat dari keusilan Adi, Tari pernah berfikir kalo Adi
memiliki perasaan padanya tapi ternyata, tidak mereka hanya sekedar teman. Karna
Tari punya pacar, tapi tidak ada yang tahu itu kecuali Widi sahabatnya dan
beberapa teman cewenya yang lain. Di kelas yang lumaya sepi itu, Tari di bully
Adi habis habisan, Adi selalu punya banyak cara untuk membuat Tari menjerit.
Sepertinya Adi suka melihat Tari yang tersiksa, tapi sebenarnya Tari juga tidak
tersikasa entah kenapa Tari selalu merasa senang saat Adi menjahilinya.
Beberapa cowo di kelas mulai mengejek mereka salah satunya Arta “Ri, Di inget
kalian itu masih SMA” kesan dari kaliamat yang terucap oleh Arta itu seperti Tari dan Adi sedang melakukan
hal tidak senonoh, padahal mereka hanya kejar kejaran di kelas. Ya Arta memang
kadang suka melebih lebihkan, bukan Arta saja yang berlebihan tapi ada juga Jay.
“Jadi sekarang kamu sama Adi?” ujar Jay dengan wajah sedih yang di buat buat,
Jay juga sebenarnya dekat dengan Tari. Mereka suka berakting membuat drama
kecil seperti sinetron yang menokohkan mereka sebaga sepasang kekasih yang
sedang bertengkat dikala melihat salah satu diantaranya bersama orang lain baik
sesama ataupun lawan jenis. Banyak juga yang terkecoh dan menganggap drama yang
mereka mainkan itu sebenarnya sungguhan, tapi sebenarnya itu hanya sekedar main
main. Kadang Jay juga suka membully Tari. Karna Jay dan Adi sama sama jahil.
Tapi siang itu Jay sedang sibuk dengan game trackmania yang di bawa Arta.
Sesekali
Tari melihat hpnya dan membalas pesan yang masuk, itu membuat Adi jadi kepo.
Adi yang jahil merebut hp tari dan memaksa membaca pesan. Tari berulang kali
mencoba merebut dan mencegah Adi. Tapi tidak berhasil, tiba tiba pesan masuk.
Adi membuka pesan itu dengan tangan kirinya sedangakan tangan kanannya menahan
Tari untuk merebutnya, Adi membacanya denga keras dan tiba tiba saja melemah
saat mendapati tulisan “kaka” panggilan Tari untuk pacarnya Putra, ya itu pesan
dari Putra, sedari tadi Tari sedang berbalas pesan dengan Putra menetukan
lokasi bertemu. Wajah Adi berubah dan tiba tiba memberika hp itu pada Tari dan
menghampiri Arta dan Jay. Entah kenapa, ia meninggalkan Tari tanpa sepatah
katapun.
Setelah
hari makin siang, dan udara makin panas, akhirnya cowo cowo itu memutuskan
untuk pindah lokasi, ke tempat yang lebih teduh dan dinging ruang kelas ips.
Aku ga mau ngikutin mereka walau sebenarnya aku kesepian, aku juga ga mau
pulang karna masih punya janji dengan Putra. Dan Tari punya misi, dua hari
kemarin Jay ulang tahun. Tari telah menyiapkan kado tapi bingung mau
memberikanya, mana belum di bungkus lagi. Tas Jay masih tersimpan di kelas,
Tari menyiapkan secarik kertas untuk ucapan, matanya menatap pintu takut
seseorang memergokinya, benar saja Jay kembali dan mengambil tasnya. Tari gagal
memasuka kado kedalam tas Jay diam diam. Tari langsung meremas kertas itu dan
menyimpanya di saku baju.
“kamu lagi ngapain ri?” ujar Jay penuh
perhatian.
“gpp, males pulang aja ga ada temen hehe” ujar Tari serbasalah.
“gpp, males pulang aja ga ada temen hehe” ujar Tari serbasalah.
“haduh kasian bgt sih” Jay menepuk nepuk bahu
Tari pelan.”ya udah hayu ikut aku” ajak Jay pada Tari sambil menarik tangan
Tari. “kok tangan kamu panas?” ujar Jay lagi. Tari tau semua perlakuan Jay ini
hanyalah sebuah permainan drama yang sering mereka mainkan. Tapi tidah hanya
sekali perlakuan Jay membuat Tari berdebar.termasuk kali ini, buat apa Jay memainkan drama denganku jika
tidak ada yang melihat? Ucap tari dalam hati. Jay menarik tangan Tari dan
merangkulnya mengajaknya keluar kelas.
Gugup.
Tari yang sedari tadi hanya berjalan berdua dengan Jay tanpa bicara
memberanikan diri untuk mengutarakan sesuatu,
“Jay, sebenernya aku punya kado loh
buat kamu. Mau ga?” ujar Tari dengan wajah ceria, menyembunyikan kegugupanya.
Baru kali ini iya memberi hadiah pada cowo selain kecenganya waktu SMP. Ya Jay
bukan kecengan Tari tapi Tari memang sedikit tertarik dengan Jay, mungkin ini
juga faktor yang mebuat Tari dan Putra tidak harmonis.
“wah iya?apa?” Jay terlihat kaget.
Sepertinya ini kali pertama Jay mendapat kado dari cewe secara langsung.
“ada deh, mau ga?” ujar Tari sekali
lagi membuat Jay kepo.
“maulah. Apa? Mana? Ujar Jay tak
sabar.
Tari
meraih tas punggungnya dan membuka kantung paling besar, mengeluarkan benda
coklat berbentuk panjang bergias seleting melingkar berwarna abu. Tempat
pinsil. Kado dari Tari adalah tempat pinsil anyaman yang bisa di buka dengan
seleting secara melingkar. Warnakalem cocok untuk cowo. “nih” Tari memberikanya
pada Jay.
Jay
menerimanya ragu. “bener nih?”
“bener! Mau ga? Kalau ngga balikin
lagi!” ujar tari ketus seakan ga apa apa kalo jay ga nerima.
“mau kok! Tapi bener ini buat aku?”
ujar Jay masih ragu.
“beneer~! Happy Birthday ya maaf
telat hehe..” ujar Tari di hadapan Jay sambil berjalan mundur. Akhirnya mereka
sampai di kelas ips, tempat Jay ngumpul bersama Arta dan Adi yang sudah duluan
tadi. Harusnya mereka berpisah di situ tapi jay bertanya sekali lagi di ambang
pintu kelas ips
“bener? Makasih yaa” ujarnya masih
dengan ragu
Tari
bingung, apa Jay sebenernya ga suka hadiah itu? Ya emang murah sih. Tapi Tari
ga mau bikin Jay GR. Sebenernya Tari
bisa aja ga ngasih kado untuk ultah Jay, tapi Tari selalu merasa Jay adalah
orang yang spesial. Untuk membaut jay ga ragu, Tari mengucapkan satu
permohonan.
“mau terima kasih? Anterin aku sampe
gerbang yuk!” ajak Tari sebagai syarat.
Tadinya
Tari Cuma bercanda, tapi Jay bilang “yuk!” mereka tidak jadi berpisah. Mereka
kembali berjalan bersama menuju gerbang menjumpai beberapa orang yang mereka
kenali yang memoyoki mereka salah satunya Sari “Acieee~ tuh kan Jay sama Tari”
mereka hanya membalasnya dengan tawa, aneh. Seharusnya mereka mengelak tapi
tidak seorangpun dari mereka membantahnya meskipun kabar itu tak benar. Setelah
menuruni tangga kami di pergoki teman kami yang lain Aul “Aciee~ Tari sama Jay”
sepertinya pemandanga mereka jalan bareng itu hal yang aneh bagi banyak orang.
Padahal mereka biasa aja. Iseng, tari menghampiri Aul “ul cemburu? Tenang Jay
masih sama kamu kok!” ujar Tari sambil tertawa kecil. Tapi Aul malah
menjawabnya dengan tenang “bukan ai kamu tapi si Adi yang cemburu” Tari sempat
bingung tapi segera mengabaikanya dan pergi bersama Jay. Sampai di gerbang
mereka pun berpisah.
Semua
itu cukup membuat mood Tari jadi bangkit, setiap kali bertemu Jay moodnya
selalu jadi baik. Jay adalah mood maker Tari. Hari ini mood tari sudah turun
tapi di perbaiki oleh Jay dan Adi tadi.
Saatnya
Tari menghadapi masalahnya yang tadi membuat moodnya turun. Putra.
Sampai
di rumah Putra mengirim sms pada Tari
“De kita ketemuanya jam setengah 2 ya? Di depan gerbang komplek”
Langit yang sangat terik dan cuaca yang sangat panas sebenarnya
membuat Tari merasa malas, tapi ia haru menegaskan hubunganya dengan Putra
bagaimana pun juga. Dan menyampaikan padanya sebuah berita penting.
Tari berangkat tepat ketika mendapat sms selanjutnya dari Putra
“De, kaka udah nyampe”
Langit memang terlihat sangat cerah dan terik, cuacanya juga panas
tapi entah kenapa hujan turun dan tidak kecil tapi lumayan deras. Tari pergi
dengan membawa payung, jalan kaki menuju gerbang kompleknya. Ketika hampir
dekat dengan gerbang komplek motor beat merah menghampirinya. Putra, motor itu
bukan motor Putra, mungkin Putra meminjam dari temanya. Karna hujan mereka harus berteduh di depan
sebuah mini market. Awalnya mereka berbincang seperti biasa sedikit bercanda
dan tertawa tapi itu semua hanyalah sekedar basa basi belaka. Akhirnya Tari
memberanikan diri menanyakan sesuatu “kak, mau ngomong apa? Katanya ada yang
mau di omongin?” tanya Tari walau ia tahu apa yang akan Putra bicarakan.
“ade dulu aja
deh, ade juga ada yang pingin di bicarin kan?” ujar Putra dengan wajah
cengengesan. Itulah yang selalu membuat Tari sebal dengan Putra karna Putra
selalu menujuk Tari lebih dulu. Memang ledies first tapi bukan untuk urusan
ini. Itu ga gentle! Tari malas berdebat akhirnya ia memutuskan untuk meberi
tahu berita penting yang ingin ia sampaikan dulu.
“ya udah ade
dulu. Bulan ini ade bakal pindah ke Tasik” Tari mengucapkan itu sambil duduk di
tangga depan minimarket itu. Hujan seperti mewakili perasaan Tari yang tak
tampak dari raut wajahnya yang keburu sebal.
Wajah Putra tiba tiba saja
berubah tegang, nampaknya ia terkejut tapi nada bicaranya tidak berubah tetap
tenang.
“ikut ayah?
Kapan?”
“akhir juni atau
awal juli”
“oh, semuanya
pindah?”
“iya”
“harusnya tadi ke
rumah ade ya sekalian pamitan hehe..”
Ucapan itu membuat Tari sangat merasa kecewa, Putra sama sekali
tidak menahan Tari pergi. Tidak seperti teman temannya, membuat Tari yakin akan
melanjutkan perkataanya. Tapi Tari ingin memastikan bahwa yang akan ia katakan
itu sama dengan yang akan Putra katakan.
“jadi kamu mau
ngomongin apa? Aku udang ngomong nih”
“Cuma itu aja?
Ada lagi?” ujar Putra menyebalkan
“iya!” ujar tari
ketus dan membuat Putra sadar kalau Tari sedang sebal, barulah Putra memasang
wajah seriusnya.
“mmm, gini
sebenernya, apa sih tujuan ade pacaran sama kaka?” Putra duduk di samping Tari,
sambil memeluk helmnya. Tari bingung harus menjawab apa. Tak pernah
terbayangkan pertannnyaannn itu akan keluar dari mulut Putra.
“tujuan? Mmm~”
tari berfikir keras FAILED. “ga tau, ade juga tanpa alasan suka sama kaka, jadi
ga ada tujuanya. Paling Cuma buat seneng seneng.”
“menurut ade,
gimana pandangan orang ngeliat kita pacaran?” pertanyaan kedua dari Putra
“mmm, maksudnya?”
tari semakin bingung, dengan pertanyaan pertanyaan Putra
“mmm, misalnya
gini, gimana pendapat ade klao ngeliat orang lagi pacaran?” jelas Putra
“gak gimana
gimana.” Jawab Tari masih bingung
“giniloh, kaka
tuh ga mau sampe ada orang yang bilang kalo ade itu, centil, nakal, atau gimana
karna pacaran sama kaka.”
“emang ada yang
bilang gitu?”
“ngga, jadi gini
ade ga mau ade dosa karna kaka, ya walau pun kita ga ngapa ngapain tapi ade tau
kan dalam isalam itu..”
“pacaran
dilarang” putus Tari, akhirnya Tari sadar maksud Putra
“nah gtu”
sebenarnya Putra belum selesai, tapi Putra tak mau menyelesaikanya
“ada satu hal lagi yang pingin ade omongin kak.” Ujar Tari
“apa?”
“Ade mau pindah
ke tasik, kita aja yang udah beda sekolah susah banget ketemunya apa lagi beda
kota kak? Jadi hubungan kita ini mau di lanjut apa..... udahan?” sebenarnya
Tari berat mengucapkan semua itu, sebuah kalimat yang menyatakan untuk
mengakhiri sebuah hubungan secara halus. Di dukung Tari sedang flu sehingga
suaranya sedikit serak seperti orang menangis, dan hujan yang menjadi
background pembicaraan mereka.
“mm, ade maunya
gimana?” tanya Putra yang menurut Tari itu merupakan pertanyaan konyol. Satu
hal lagi yang Tari ga suka dari Putra. Semua keputusan selalu ia serahkan pada
Tari.
“dalam sebuah
hubungan, harus ada keputusan dari kedua pihak gimana sih!” ucap Tari sebal.
“iya, nanti kalo
ade udah ngomong kaka kasih tau pendapat kaka.” Tari semakin merasa sebal Putra
benar benar tak mau kalah. Bahkan untuk saat terakhir ini. Tapi Tari tetap
mencoba lembut, “sebenernya ade mau lanjut tapi sikon ga mendukung, ade ga mau
ngekang kakak dengan status ini kalo aja kaka di cimahi ketemu seseorang tapi
ga bisa karna status ini. Begitu juga ade ga mau di kekang” jelas Tari sejelas
mungkin.
“jadi ade maunya
lanjut apa udahan?” pertanyaan konyol itu keluar lagi dari mulut Putra.
Tari menarik nafas dalam, menahan rasa sebalnya dan mengumpulkan
tenaga untuk mengucapkan hal yang menurutnya berat. Walau ia pernah mengucapkan
ini pada mantanya tapi ini terasa lebih sulit, karna langsung dan hubungan ini
tidaklah sebentar, sehingga butuh berfikir keras untuk benar benar mengakhirinya.
“......Udahan” berhasil Tari berhasil mengucapkanya dengan mata tertutup.
Selanjutnya Tari menatap Putra. Menanti reaksi Putra. Putra
menyembunyikan mukanya dalam helm di pelukanya sebentar. Nampaknya ia sedang
berfikir atau mencari kata kata yang tepat.
“ya, tujuan kaka
kesini juga sebenernya untuk itu, tadi kaka nanya soal tujuan ade pacaran sama
kaka, pendapat ade pacaran, sama pendapat islam kan?” ujar Putra sambil menatam
rintikan hujan yang mulai mereda di hadapanya.
“ya” ucap Tari
hanya sekedar memberi isyarat bahwa ia
sedang mendengarkan. Sebenarnya Tari sudah tahu arah pembicaraan ini.
“ya kaka juga
maunya kita udaha aja, kaka ga mau ade nanggung dosa karna kaka............”
Tari tak mau mengingat semua ucapan Putra. Inti pembicaraan ini sudah pasti.
Hubungan mereka benar akan berakhir. Setelah peristiwa penembakan di tengah malam malam 21 Agustus 2011. Menjalin
hubungan, melewati ulang tahun berdua, melewati lebaran, mendapat hadiah,
berkencan selama 10 bulan dan berakhir di sore hari hujan 12 juni 2012.
Pembicaraan selesai tepat ketika hujan reda, langit seperti memberi mereka
waktu untuk menyelesaikan masalahnya. Dan membiarkan mereka berjalan pulang
tanpa basah.
“ya udah kaka
anter pulang ya?” ujar Putra ramah setelah pembicaraan selesai.
“ga usah, masih
ada perlu mau ke warung nyari karet” tolak Tari ramah
“gapapa kaka
anter dulu aja” ajak Putra sekali lagi
“ga usah,
makasih” Tari tersenyum menolak, ia ingin meninggalkan kesan baik untuk
terakhir kalinya.
“ya udah, duluan
ya dagh!” Putra pergi denga motor beat merahnya.
Tari membuka payungnya meski hujan hanya gerimis, berjalan pulang
dengan memilih jalan yang lebih jauh. Tari menitikan air matanya saat berkedip.
Menyadari hubinganya selama 10 bulan dengan kaka kelas yang sejak dulu ia
banggakan berakhir hari ini dengan baik. Entah itu air mata bahagia atau sedih,
yang jelas Tari berhasil menutupinya dengan payung. Tidak lama, hanya beberapa
tetes linang air mata yang jatuh perlahan di pipinya seperti membuang segala
kepedihan. Ketika air matanya berhenti menetes Tari bisa tersenyum bahagia
seperti semua telah selesai. Tari
menutup payungnya dan membiarkan tetesan hujan membasahi wajahnya sehingga
mengkamuflasekan jejah airmata di pipinya. Dan berjalan ke rumah dengan senyum.
"Hai, hari di mana aku menulis artikel ini adalah 12 juni 2012. yup, hari yang menjadi latar cerita di atas. semua memang meninggalkan kenangan. tapi jika di akhiri dengan baik, percayalah semua akan baik baik saja"
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar agar penulis semakin semangat ya, terimakasih sudah berkunjung :)