Good Luck Angel (1)
Di sebuah sekolah yang
sangat unik, sedang popular sebuah kepercayaan pada ramalan dan tahayul.
Semua kaum perempuan sibuk melakukan kegiatan semacam itu. Suatu pagi
temanku pie datang menghampiriku dan berkata
“Yun, aku bisa baca garis tangan. Aku mau lihat garis tangan yuyun ya?” sambil memegang tanganku dengan yakin ia mengikuti setiap lekukan garis ditangan kananku itu.
“Yun, tangan kamu aneh y!”
“wah, iya gitu?” tanyaku menanti penjelasan.
“ya, kalau di pegang rasanya yakin akan berhasil” dengan wajah yakin itu pie menjelaskan. Namun rasanya itu bukanlah hal yang penting untuk di bicarakan apabila sedang membaca garis tangan. Aku berfikir sepertinya ada yang gak beres. Dan tiba-tiba kedua sahabatku Alicia dan Yuri menghampiri aku dan pie yang sedang asyik membahas garis tangan dengan wajah yang penuh keheranan.
“pie, kamu lagi baca garis tangan yuyun y?” ujar Alicia sambil menepuk bahu pie.
“bukanya kalo garis tangan dibaca dari tangan kiri ya?” ujar Yuri memperjelas pertanyaan Alicia dengan memegang buku cara membaca garis tangan. Dugaan ku pun terbukti, pie bukannya mau membaca garis tangan ku akan tetapi ada maksud lain. Mungkin bentuk ramalan lain. Seketika pie melepaskan tangan yuyun dan meminta maaf.
“Duh maaf yun.”
“maksudnya apa pie?” nadaku sedikit mengintrogasi.
“kalian belum tahu? Yuyun kamu lahirnya bersamaan dengan bintang jatuhkan?!” jelas pie.
“iya? Trus kenapa?” tanyaku tidak mengerti penjelasan pie.
“jadi gini kata gossip, dimana jika kita berjabat tangan dengan gadis yang lahir bersamaan dengan munculnya bintang jatuh maka perasaannya akan tersampaikan pada orang yang kita sukai.”
“wah, aku baru denger tuh!” celetuk Alicia di tengah penjelasan pie yang terhenti.
“ha..ha..ha.. gak mungkinlah!” tawa ku dan Yuri menyindir pie. Bell tanda pelajaran dimulaipun berbunyi. Hari itu kembali berjalan seperti biasanya.
Hari pun berlalu, tak terasa waktu menujukan pukul 14:00WIB. Waktu untuk pulang sekolah. Aku merapikan bukuku dan segera mengajak Yuri untuk pulang.
“Ri, pulang yu?”
“maaf hari ini aku ada kumpul KIRBI kamu mau nungguin?” pinta yuri pada yuyun.
“duh, sorry deh kali ini aku harus cepet pulang. Aku harus jaga kasir.” Akhirnya aku pulang seorang diri dengan menaiki angkot hijau berplat oren bertanda jurusan yang di tuju adalah padalarang. Sesampainya aku di rumah aku langsung berganti pakaian dan segera pergi ke kasir. Dimana setiap sore adalah giliranku menjaga kasir. Aku adalah anak dari pemilik restoran terkenal yang tidak ada tandinganya yaitu WARUNG PAK KUMIS. Dengan penuh semangat aku memperhatikan orang yang lalu lalang keluar dan masuk restoranku. Sebenarnya yang ku tunggu adalah seorang pengantar koran sore langgana ayahku.
Beberapa waktu berlalu memenuhi kenginanku mejumpainya, akhirnya satu suara menyerukan namaku dari jauh “Yuyun” aku pikir si pengantar koran ternyata temanku Alicia yang datang menghampiriku.
“yun, tahu gak? Pie tadi di tembak ibank lho. Pasti gara-gara megang tangan kamu. Tadi pagi juga aku salaman sama kamu apa sebentar lagi aku juga jadian ya.” Dengan penuh semangat Alicia bercerita padaku. Sampai tiba-tiba ponselnya berbunyi. Kring…kring..(ringtones yg jelek) dan telihat di layer hp itu nama gebetan Alicia. Dengan girangnya dia mempelihatkan itu padaku dan segera menerimanya
“Hallo?” sapanya pada seseorang yang ada di seberang telfon itu. Beberapa menit berlalu aku hanya memperhatikan Alicia yang asik berbincang lewat ponselnya itu sambil cengengesan. Akhirnya pembicaraan telfon itu di hentikan. Sambil penuh senyum mencurigakan Alicia berkata padaku
“yun, tangan kamu benar-benar manjur”
“hah? Masa.. ada apa ikh cerita dong?”
“tadi dia nelfon ngajakin nonton bareng minggu depan katanya ada film bagus. Itu artinya kencan kan yun?” melanjutkan ceritanya sambil tersenyum kegirangan dan langsung pergi menuju angkot depan restoran sambil berteriak
“MAKASIH DEWI YUYUN”.
Saat itu juga ada orang yang tertawa di belakangku “xixixixi” dari suaranya aku yakin yang ketawa itu adalah suara sahabatku Yuri yang mirip tikus. “lho ri? Ngapain kamu disini? Mana suara kamu kayak tikus bisa-bisa pelangganku kabur semua! Hahahaha” ejek ku pada Yuri
“SOPAN kamu.. baik-baik aku ke sini nih laptop kamu ketinggalan di sekolah. Aneh kamu akhir-akhir ini jadi sering pulang cepet sampai laptonnya di tinggal. BTW manjur juga tangan kamu! Denga icha udah berapa orang?”
“mmm, mungkin sekitar 5 orang” jawabku sambil mengambil laptopku yang rasanya gak mungkin ketinggalan.
“waw, lumayan juga tuh. Mana tangannya aku lihat” ujar Yuri sambil menarik tanganku
“gak ada yang istimewa kok!” perjelas dia.
“ya aku juga gak tahu! Tapi kalau memang bener berarti aku dewi yang gak berguna, karna gak bisa bersalaman dengantangan ku sendiri.huft” sedikit curcol padanya. Namun gak disangka tanggapan yang berlebihan muncul dari si wajah tikus ini.
“HAH!!?? Ada cowo yang kamu suka yun? Selain boy band? Siapa? Siapa?” tanyanya berulang kali padaku dengan tampang penasaran itu. Tiba-tiba terdengar suara yang aku tunggu
“Yuyun..” sang pujaan hati datang dengan mengendarai sepeda dan mengenakan jaket birunya. Menghampiriku yang sedang di introgasi oleh Yuri. “eh, junsu”
“wah, lagi tugas jaga kasir lagi ya? Rajin banget” tegurnya padaku sambil memberikan Koran sore langganan ayahku.
“o iya makasih ya” ujarku sambil menerima Koran sore tersebut.
“dah” salam junsu sang pengantar Koran sore itu pergi.
Saat aku melihat wajah Yuri wajahnya sangatlah kaget “yun, itu kakak berjubah biru yang waktu itu kita bikin salting kan?”
“hihi, iya”
“kamu kenal? Sejak kapan?”
“ya aku kenal sejak seminggu yang lalu dia lagi Bantu omnya yang biasa anterkoran sore ke sini, karna omnya udah naik pangkat jadi juragan Koran. Awalnya juga kaget, tapi aku jadi akrab denganya namanya junsu.”
“kenapa gk pernak cerita?”
“hehe, abis kamu lagi sibuk sama ramalan sih!”
“ya kalo ramalan itu bener berarti kamu jangan sampe berjabat tangan sama dia. Nanti perasaan junsu sampai pada orang dia sukai kamu sendiri yang nagis, ya udah aku pulang dulu ya.. dagh..” yuri pun pulang.
Mengingat ucapan yuri tadi sore malam ini aku pun gak bisa tidur. Aku jadi takut kalau berjabat tangan dengan junsu maka junsu akan berpacaran degan orang yang dia sukai.
Besok harinya di sekolah terdengar kabar burung akan hadirnya anak baru di kelas. Semua histeris dan cepat-cepat ingin segera tahu. Saat jam pelajaran kedua, seorang murid cowo masuk ke kelasku semua mulai berbisik-bisik membicarakan si anak baru. Aku belum melihatnya aku sedang asyik membuka laptopku sambil menonton video klip boy band korea bersama yuri sahabatku yang duduk sebangku denganku. Namun tiba-tiba tangan yuri mencubit tanganku.”aww, naon sih?” ujarku ke sakitan. Melihat tatapan yuri lurus pada anak baru itu membuatku jadi penasaran dan akhirnya aku melihat wajah si anak baru itu pun. Pantas saja yuri syok berat ternyata si anak baru itu adalah “junsu” teriaku di tengah kelas menyapanya dengan wajah terheran-heran.
lanjutkan Good Luck Angel (2)
“Yun, aku bisa baca garis tangan. Aku mau lihat garis tangan yuyun ya?” sambil memegang tanganku dengan yakin ia mengikuti setiap lekukan garis ditangan kananku itu.
“Yun, tangan kamu aneh y!”
“wah, iya gitu?” tanyaku menanti penjelasan.
“ya, kalau di pegang rasanya yakin akan berhasil” dengan wajah yakin itu pie menjelaskan. Namun rasanya itu bukanlah hal yang penting untuk di bicarakan apabila sedang membaca garis tangan. Aku berfikir sepertinya ada yang gak beres. Dan tiba-tiba kedua sahabatku Alicia dan Yuri menghampiri aku dan pie yang sedang asyik membahas garis tangan dengan wajah yang penuh keheranan.
“pie, kamu lagi baca garis tangan yuyun y?” ujar Alicia sambil menepuk bahu pie.
“bukanya kalo garis tangan dibaca dari tangan kiri ya?” ujar Yuri memperjelas pertanyaan Alicia dengan memegang buku cara membaca garis tangan. Dugaan ku pun terbukti, pie bukannya mau membaca garis tangan ku akan tetapi ada maksud lain. Mungkin bentuk ramalan lain. Seketika pie melepaskan tangan yuyun dan meminta maaf.
“Duh maaf yun.”
“maksudnya apa pie?” nadaku sedikit mengintrogasi.
“kalian belum tahu? Yuyun kamu lahirnya bersamaan dengan bintang jatuhkan?!” jelas pie.
“iya? Trus kenapa?” tanyaku tidak mengerti penjelasan pie.
“jadi gini kata gossip, dimana jika kita berjabat tangan dengan gadis yang lahir bersamaan dengan munculnya bintang jatuh maka perasaannya akan tersampaikan pada orang yang kita sukai.”
“wah, aku baru denger tuh!” celetuk Alicia di tengah penjelasan pie yang terhenti.
“ha..ha..ha.. gak mungkinlah!” tawa ku dan Yuri menyindir pie. Bell tanda pelajaran dimulaipun berbunyi. Hari itu kembali berjalan seperti biasanya.
Hari pun berlalu, tak terasa waktu menujukan pukul 14:00WIB. Waktu untuk pulang sekolah. Aku merapikan bukuku dan segera mengajak Yuri untuk pulang.
“Ri, pulang yu?”
“maaf hari ini aku ada kumpul KIRBI kamu mau nungguin?” pinta yuri pada yuyun.
“duh, sorry deh kali ini aku harus cepet pulang. Aku harus jaga kasir.” Akhirnya aku pulang seorang diri dengan menaiki angkot hijau berplat oren bertanda jurusan yang di tuju adalah padalarang. Sesampainya aku di rumah aku langsung berganti pakaian dan segera pergi ke kasir. Dimana setiap sore adalah giliranku menjaga kasir. Aku adalah anak dari pemilik restoran terkenal yang tidak ada tandinganya yaitu WARUNG PAK KUMIS. Dengan penuh semangat aku memperhatikan orang yang lalu lalang keluar dan masuk restoranku. Sebenarnya yang ku tunggu adalah seorang pengantar koran sore langgana ayahku.
Beberapa waktu berlalu memenuhi kenginanku mejumpainya, akhirnya satu suara menyerukan namaku dari jauh “Yuyun” aku pikir si pengantar koran ternyata temanku Alicia yang datang menghampiriku.
“yun, tahu gak? Pie tadi di tembak ibank lho. Pasti gara-gara megang tangan kamu. Tadi pagi juga aku salaman sama kamu apa sebentar lagi aku juga jadian ya.” Dengan penuh semangat Alicia bercerita padaku. Sampai tiba-tiba ponselnya berbunyi. Kring…kring..(ringtones yg jelek) dan telihat di layer hp itu nama gebetan Alicia. Dengan girangnya dia mempelihatkan itu padaku dan segera menerimanya
“Hallo?” sapanya pada seseorang yang ada di seberang telfon itu. Beberapa menit berlalu aku hanya memperhatikan Alicia yang asik berbincang lewat ponselnya itu sambil cengengesan. Akhirnya pembicaraan telfon itu di hentikan. Sambil penuh senyum mencurigakan Alicia berkata padaku
“yun, tangan kamu benar-benar manjur”
“hah? Masa.. ada apa ikh cerita dong?”
“tadi dia nelfon ngajakin nonton bareng minggu depan katanya ada film bagus. Itu artinya kencan kan yun?” melanjutkan ceritanya sambil tersenyum kegirangan dan langsung pergi menuju angkot depan restoran sambil berteriak
“MAKASIH DEWI YUYUN”.
Saat itu juga ada orang yang tertawa di belakangku “xixixixi” dari suaranya aku yakin yang ketawa itu adalah suara sahabatku Yuri yang mirip tikus. “lho ri? Ngapain kamu disini? Mana suara kamu kayak tikus bisa-bisa pelangganku kabur semua! Hahahaha” ejek ku pada Yuri
“SOPAN kamu.. baik-baik aku ke sini nih laptop kamu ketinggalan di sekolah. Aneh kamu akhir-akhir ini jadi sering pulang cepet sampai laptonnya di tinggal. BTW manjur juga tangan kamu! Denga icha udah berapa orang?”
“mmm, mungkin sekitar 5 orang” jawabku sambil mengambil laptopku yang rasanya gak mungkin ketinggalan.
“waw, lumayan juga tuh. Mana tangannya aku lihat” ujar Yuri sambil menarik tanganku
“gak ada yang istimewa kok!” perjelas dia.
“ya aku juga gak tahu! Tapi kalau memang bener berarti aku dewi yang gak berguna, karna gak bisa bersalaman dengantangan ku sendiri.huft” sedikit curcol padanya. Namun gak disangka tanggapan yang berlebihan muncul dari si wajah tikus ini.
“HAH!!?? Ada cowo yang kamu suka yun? Selain boy band? Siapa? Siapa?” tanyanya berulang kali padaku dengan tampang penasaran itu. Tiba-tiba terdengar suara yang aku tunggu
“Yuyun..” sang pujaan hati datang dengan mengendarai sepeda dan mengenakan jaket birunya. Menghampiriku yang sedang di introgasi oleh Yuri. “eh, junsu”
“wah, lagi tugas jaga kasir lagi ya? Rajin banget” tegurnya padaku sambil memberikan Koran sore langganan ayahku.
“o iya makasih ya” ujarku sambil menerima Koran sore tersebut.
“dah” salam junsu sang pengantar Koran sore itu pergi.
Saat aku melihat wajah Yuri wajahnya sangatlah kaget “yun, itu kakak berjubah biru yang waktu itu kita bikin salting kan?”
“hihi, iya”
“kamu kenal? Sejak kapan?”
“ya aku kenal sejak seminggu yang lalu dia lagi Bantu omnya yang biasa anterkoran sore ke sini, karna omnya udah naik pangkat jadi juragan Koran. Awalnya juga kaget, tapi aku jadi akrab denganya namanya junsu.”
“kenapa gk pernak cerita?”
“hehe, abis kamu lagi sibuk sama ramalan sih!”
“ya kalo ramalan itu bener berarti kamu jangan sampe berjabat tangan sama dia. Nanti perasaan junsu sampai pada orang dia sukai kamu sendiri yang nagis, ya udah aku pulang dulu ya.. dagh..” yuri pun pulang.
Mengingat ucapan yuri tadi sore malam ini aku pun gak bisa tidur. Aku jadi takut kalau berjabat tangan dengan junsu maka junsu akan berpacaran degan orang yang dia sukai.
Besok harinya di sekolah terdengar kabar burung akan hadirnya anak baru di kelas. Semua histeris dan cepat-cepat ingin segera tahu. Saat jam pelajaran kedua, seorang murid cowo masuk ke kelasku semua mulai berbisik-bisik membicarakan si anak baru. Aku belum melihatnya aku sedang asyik membuka laptopku sambil menonton video klip boy band korea bersama yuri sahabatku yang duduk sebangku denganku. Namun tiba-tiba tangan yuri mencubit tanganku.”aww, naon sih?” ujarku ke sakitan. Melihat tatapan yuri lurus pada anak baru itu membuatku jadi penasaran dan akhirnya aku melihat wajah si anak baru itu pun. Pantas saja yuri syok berat ternyata si anak baru itu adalah “junsu” teriaku di tengah kelas menyapanya dengan wajah terheran-heran.
lanjutkan Good Luck Angel (2)
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar agar penulis semakin semangat ya, terimakasih sudah berkunjung :)