Putih Abu Abu #9 (it's happen)
Ya fotlas berhasil, sepulang dari fotlas aku, fia, seli,
Arta, Fire, Ice, K, Aul, Ghifa, Arum, pulang naik angkot yang sama. Tak ku
sangka anak anak cowo itu melakukan hal yang gila, mereka menyapa orang orang
dijalan dengan sikap SKSD tapi langsung mengalihkan muka ke dalam angkot saat
orang orang yang menjadi korbanya menemukan mereka. Sungguh tidak tahu malu,
tapi hal itu berhasil memacu gelak tawa kami semua penghuni angkot yang sudah
kami jajah isinya sehingga tidak ada penumpang lain di dalamnya. Aul dan Ghifa
turun duluan. Sisanya turun di sekolah tempat start berangkat karna berbagai
alasan tapi Arum tidak dia melanjutkan perjalanan pulang menggunakan angkot
itu. Saat pulang kadang bergantian aku berjalan sejajar dengan Ice dan kadang
sejajar dengan Fire. Kadang juga kami bertiga sejajar itu membuatku senang,
kami mengobrol dan seperti biasa mereka membullyku. Tapi saat itu Fire
tertinggal di belakang dan aku jadi sejejer dengan yang lain, Fire menarik
tanganku dan memintaku menemaninya berjalan di belakang BERDUA, ya satu hal
lagi yang membuatku GR karna ulahnya. Tapi tidak lama aku mengejar Fia dan
memintanya mengantarku pulang dengan motornya. Sedangkan Arta, K, Ice dan Fire
berjalan menuju Nf warung sebelah masjid untuk jajan. Sebenarnya aku pingin
sekali masih lama mengobrol dengan mereka tapi mau apa lagi langit tidak
mendukung, hari sudah sangat sore. Saat
kami berpisah di Nf, Fia mengeluarkan ide,” eh buat main selanjutnya kita
nginep di rumah aku yang di cikalong yuk.” Semua menyambut ide itu dengan
girang, Arta pun menembalinya dengan serius “hayu nanti aku buatin surat
izinnya” melihat mereka sangat antusias membuatku ikut bersemangat, walau sejak
itu aku sudah tahu aku tidak akan di izinkan ikut. Ya orang tuaku selalu
melarang jika aku mau menginap “Anak perempuan itu ga boleh nginep di tempat
orang lain” itulah ujar ayahku setiap aku dan kaka atau adikku meminta izin
menginap. Bahkan di sodarapun kami tidak di izinkan, aku bingung. Tapi itu
sudah menjadi ukuran bagiku sampai sekarang kalo ada acara nginep pasti aku
tidak ikut.
***
Ya acara itu terus di bahas, dan semakin mendekati hari H
dimana tituters (nama kelas kami) akan menginap di rumah Fia di Cikalong. It’s
FAR! Aku sudah berulang kali meminta mamaku untuk mengizinkan setidaknya karna
aku tahu aku tidak akan pernah boleh menginap apalagi cuma buat main maka aku
meminta izin hanya untuk bermain sampai sore disana, tapi izin tetap tidak
keluar padahal aku sudah bilang kalo mereka mengadakan acara itu sebagai acara
perpisahan aku. Ya tapi mau gimana lagi mamaku dengan tegas tidak mengizinkan.
Berbagai upaya telah aku ceritakan pada Fia, setidaknya Fia
bisa mengerti. Aku meminta maaf pada teman temanku yang terlanjur mengharapkan
aku datang seperti Fire dan Ice. Aku juga meminta maaf pada K yang tadinya
punya misi sama denganku yaitu hanya main dan pulang. Tapi saat aku sedang
smsan bersama Fia, Fia memberi tahuku sesuatu yang menarik.
Ri, tadi Fire nanyain
kamu loh Ã
SMS dari Fia
Wah kalian ketemu?
Dimana? Ih pingin ketemu kalian juga. Ã Balasan dari ku
Iya tadi kita ketemu di
sekolah Ã
Fia
Siapa aja? Ã aku
Aku, Widi, Arum, Ice sama
Fire mereka KIR Ã Fia
Mengetahui itu aku sangat sangat iri,
padahal hanya seling beberapa hari ga ketemu mereka semua aku jadi sangat
sangat kangen mereka.
Ri tau ga, si Fire itu suka sama kamu loh.. Ã Fia
Ah, itukan bagian dari kontrak drama kita.
Biar ratingnya naik busut à aku
Busut, bu sutradara. Ya drama GJ yang
sering aku dan Fire lakukan di sutradarai oleh Fia, dan di pimpin oleh Patur,
bapak Direktur sebagai directornya. Ya walau itu kami semua juga yang
nentukannya secara ngasal dan main main.
Bukan ih! Tadi aku tanya. “udahlah Fire ngaku
aja, kamu suka ya sama Tari?” trus Firenya Cuma ketawa doang ga nyangkal.
Nahloh à Fia
Haha ga jawab iya juga kan~ Ã aku
Bukan kali ini aja ada yang bilang
kalo Fire punya rasa sama aku, jadi aku sudah terbiasa dengan itu.
***
Hari H, semua usahaku meinta izin pada
mamaku yang tiada ada kemajuan. Alhasil aku tidak bisa ikut dan malah disuruh
jaga rumah. Saat mamaku meminta diantar ke CiMall untuk naik bis Jatinangor
karna mamaku akan menjenguk tetehku yang ngekos disana. Aku jadikan moment itu
sebagai kesempatan bertemu tituters yang berkumpul di Nf sebelum pergi ke rumah
Fia. Dan asalnya aku pikir banyak yang ga akan ikut, ternyata banyak yang ikut
bikin ngiri aja. Di tambah Ice dan Fire juga ikut, aku makin nyesel ga ikut.
Seusai mengantar mamaku aku langsung
pergi menuju Nf dengan si Beat motorku. Saat aku tiba semua langsung
menyorakiku dan menghampiriku layaknya aku sang idola. Fia yang pertama
menghampiri langsung bertanya “gimana tar berhasil tidak minta izinnya?” di
susul pertanyaan Ice “jadi ikut Ri?” saat itu Ice menggunakan kaus abu,
terlihat beda dari biasanya, ia tidak menggunakan jaket. Ya itu membuatnya
sangat terlihat berbeda. dan berbagai
pertanyaan serupa dari teman teman dekatku seperti Seli, Ninis dan Arum. “kelihatanya?
Aku bawa motor nih” ujarku memberi tahu mereka kalo aku tidak di izinkan ikut,
tentu saja ga munghkin make motor ke cikalong yang jauh itu. Tapi Ice malah
menjawab “kamu mau bawa motor?” dengan konyolnya. Tapi tak satupun dari mereka
menyalahkan ucapan Ice itu, kayaknya mereka masih berharap jawaban yang pasti
dariku bukan sekedar kiasan. “ya nggaklah aku ga di bolehin sama mama, aku cuma
mau nyapa kalian aja di sini hehe” jelasku.
“yah padahal aku bilangnya buat acara
perpisahan kamu loh Ri!” ujar Fifi menyayangkan. Aku ga bisa menjawabnya, ya
jujur saja saat itu pun aku benar benar menyesal. Andai saja ku diizinkan.
Mataku berputar menatap semua orang
yang mengelilingiku yang sedang menyayangkan ketidak ikutsertaanku pada acara
itu sembari mencari keberadaan yang paling aku ingin temui. Fire. Ya aku ingin
sekali meminta maaf padanya karna aku tidak ikut, dialah yang paling
mengharapkan aku ikut. Aku pun sudah pernah berjanji akan usaha, entah kenapa
aku merasa bersalah sekali padanya.
Fire tidak ada disitu, membuatku
semakin merasa bersalah. Sebenernya aku pingin nanya “fire mana?” tapi pasti
Fia mulai mengejeku, tapi sepertinya Fia bisa membaca pikiranku ia langsung
berkata “Fire malah pulang dulu, mau minta izin nginep. Tadi udah dateng” jelasnya
padaku “eh itu dia sama Ghifa” tunjuk Fia kearah belakangku menunjuk cowo
berkemeja merah dengan cowo berkaus abu. Fire dan Ghifa.
Fire tiba di depanku entah kenapa
seperti memberi kode supaya yang lain menjauh. Atau memang keisengan yang lain
supaya menjauh,tapi yidak dengan Ice dan K. Fire bertanya padaku
“kamu ikut ri?”
“ngga” jawabku singkat sambil menunjuk
motorku.
“kenapa?”
“ga di bolehin sama mama, padahal aku
udah mengeluarkan semua jurus tetep aja ga berhasil” jelas ku.
“kenapa ga bilang buat perpisahan kamu
gtu” ujar Ice yang sedari tadi melihat percakapanku dengan Fire.
“ya udah, aku udah bilang gitu, udah
ngeliatin surat, udah nangis tetep aja ga boleh”
“katanya cuma mau main aja ga boleh?”
ujar K yang sedari tadi juga masih ada pada posisinya. K yang sudah tahu semua
rahasiaku hanya tersenyum senyum mengejek sambil terus bertengger di bahu Ice.
“iya tetep ga boleh, katanya cikalong
itu jauh!” ujarku dengan wajah penuh penyesalan.
“iyasih” ujar Ice. Ya sangat singkat.
Setelah itu seseorang memanggilnya dari bangku bangku di Nf. Ice menghampirinya
dan diikuti oleh K.
Tersisa aku berdua dengan Fire, wajah
fire benar benar kecewa membuat rasa bersalahkumakin bertambah. “maaf” ujarku
lemah melihat wajahnya. Fire hanya mengangguk.
“jalan jalan yuk!” ujarnya tiba tiba
“kemana?”
“ya muter muter sini aja”
“jalan~ kaki?”
“galah pake motor kamu aja”
“oh hayu aja sih, sok kamu yang bawa”
“sok atuh”
Aku bingung sebenernya mau ngapain
kita jalan jalan ya mungkin ini keisengan dia dan anehnya aku tanggapi dengan
serius. Aku mundur ke arah jok belakang dan memberinya helm biru miliku. Dia
tertawa dan bilang
“ga jadi ah, bisi di sirikin yang
lain”
“haha, ya udah” kembali ke posisiku
“eh tapi hayu deng, kamu aja yang
bawa” ujarnya plin plan
“ya udah sok naik, tapi pegangin
helmnya ya”
Fire naik ke belakangku. Aku menaikan
standar dan menstarter motorku, membuat semua melihat ke kami karna bising dari
motorku, aku langsung tancap gas sambil tersenyum, suara sorak sorai terdengar
memoyoki kami. Di jalan seputar sriwijaya, ya komplek tentara sekitar sekolahku
kami berbincang
“tuh kan di poyokin wkwkwk” ujarku
sambil tertawa
“haha biarinlah, anggap saja mereka
angin” ujar Fire sambil tertawa, aku tak dapat melihat ekspresinya karna aku
sedang menyetir.
“yur, kamu jadi pindah?” tiba tiba
saja pertanyaan itu muncul, pembicaraan yang awalnya penuh tawa menjadi lebih
serius.
“iya aku jadi pindah, alhamdulillah
ada sekolah yang mau nerima aku IPA”
“Ri, sebenernya aku sedih loh kamu
pindah” ujarnya dengan nada serius, nada yang ga pernah aku denger dari
dirinya, yang aku kenal sangat periang dan asa ga pernah serius. Aku ga suka
keadaan serius seperti itu, bikin aku canggung. Maka aku ingin sedikit
menghidupkan suasana.
“kenapa? Karna ga ada yang bisa kamu
bully lagi? Wkwkwk” ujarku bercanda, sebenarnya dalam hati aku terus menyangkal
jawaban yang terlintas di pikiranku.
“bukaan” jawabnya serius, membuat
sangkalan di otakku makin tidak berguna. Jawaban yang terpikirkan di otakku
sudah mendominasi kepalaku.
“trus kenapa?” tanyaku, seharusnya aku
tidak menanyakan itu jika aku takut jawaban yang ada di otaku itulah yang
terucap dari mulutnya. Tapi aku penasaran sekedar pingin memastikan, jikalau
memang itu yang keluar aku sudah pernah memikirkan jawabanya. Ya sejak Fia
bilang begitu aku sudah memikirkan berbagai kemungkinan, sudah juga aku
bulatkan tekad dalam hati apa yang harus aku jawab. Dan mungkin inilah saatnya
aku menggunakan persiapan itu jikalau memang jawaban Fire sama seperti yang aku
bayangkan.
“hmmm, coba berhenti di gapura itu”
tunjuk Fire pada gapura sebelah rumah berpagar ping di depan kami. Aduh kenapa
harus berhenti, jangan jangan~ ... jantungku mulai berdetak kencang. Aku
menghentikan motorku tepat di tempat yang ia minta. Fire turun dari motor dan tertawa
sedikit. “kenapa?” ujarku menanti jawaban.
“karena.. karena sebenernya aku suka
sama kamu ri” ujarnya sedikit tersendat.
Aku ga kaget dengan ucapanya itu, aku
syok karna ucapanya itu sama seperti yang aku pikirkan. jawaban yang ingin aku
hindari. Tapi semua persiapan yang aku siapkan mendadak hilang dalam otakku.
Susunan kata yang sudah aku susun tiba tiba saja hilang. Aku senang
mendengarnya, ya ucapan itu telah menjawab semua rasa Grku selama ini. Aku
menatap Fire yang serius menatapku, “Serius?” pertanyaan pertama yang aku
ucapkan.
“serius, aku ga pernah sesrius ini ri”
ujarnya serius, benar benar serius. Aku ga pernah nyangka seorang Fire bisa
serius. Aku kaget karna itu, Fire bisa serius.
Fire Serius Suka Sama Aku. Itu membuat
kau senang.
“ya terserah kamu mau nerima apa
ngga?” ujarnya menunggu ku yang tidak kunjung menjawab.
“tapi aku mau pindah loh re?” ujarku
ingin mengingatkan dia akan kemungkinan terburuk
“ya gapapa aku bisa kok jarak jauh”
ujarnya tegas.”ini semua tergantung kamu, kamu mau ga?” ujarnya melemah saat
menanyaiku.
Aku bingung, aku senang. Bisakah aku
menjalin hubungang jarak jauh? Boleh ga aku coba aja?
“ya udah kita jalanin dulu aja ya”
jawabku dengan senyum, aku ingin mencoba. Melihatnya begitu serius membuatku
sangat senang, aku lupa akan semuanya karna itu.
“bener?” ujarnya tidak percaya. Dia
mengucapkan itu dengan wajah girang.
“iya” ujarku membenarkan senang
rasanya melihat ia senang.
Ya jujur saja itu pertama kalinya
bagiku di tembak secara langsung.
Kemudian kami kembali ke Nf tempat
para tituters berkumpul, tapi aku meminta Fire yang bawa motor, masa cewe yang
bawa sih. Sampai di Nf dengan kedudukan kami yang sudah bertukar membuat semua
tituters berorak melihat kami datang bersama. Aku turun dari motor dan menerima
kunci yang Fire berika padaku. semua bersorak melihat kejadian itu, teman teman
dekatku menghampiriku dan bertanya “dari mana?” padaku, Fire mengangkat jari
telunjuknya dan meletaknya di bibir “sstt” tidak terdengar tapi jelas ia memintaku
untuk diam. Aku menjawab “ya jalan jalan aja muter muter sini” semua sudah
kembali seperti semula. Aku dan Ice berbincang, kami adu ketinggian aku bilang
aku lebih tinggi darinya, padahal tidak sama sekali. K ikut mengejeku dan
banyak yang membantah kalo aku ini tinggi ya memang aku ga tinggi. Melihat aku
dan Ice serta yang lain akur dan mengobrol girang, entah apa yang di pikirkan
Fire, Frire menepuk pundakku dan berkata “aku juga lebih tinggi dari kamu ri”
dengan ekspresi bercanda yang di paksakan. Terlintas sejenak di pikiranku dia
cemburu karna semenjak kembali tadi kita blm ngobrol lagi. Tapi aku
menanggapinya sambil bercanda “aku lebih tinggi ih” aku naik ke atas bangku
yang di duduki Arta, Arta merasa di tantang “oh kamu tinggi?” dan dia juga mau
mengikutiku naik ke atas bangku, pasti aku kalah jadi aku langsung menghindar
turun.
Setelah kehebohan itu Arum mendekatiku
sambil tersenyum jahil
“ri, Fire udah bilang?” ujarnya
menggoda
“bilang apa?” aku pura pura ga tau
yang dia maksud karna setauku tadi Fire minta aku diam.
“hmm~ tadi dia udah bilang ke aku kok”
“loh hehe.. iya udah tadi”
“kamu jawab apa?”
“loh dia ga bilang?”
“suruh nanya ke kamu”
Aku bingung sejenak “kok ceritanya
setengah setengah sih hehe”
“fire udah bilang?” ujar Fia tiba tiba
dari belakang ku.
“Fia tau?” aku bingung berapa orang
yang tahu kalo Fire suka sama aku.
“tau dong hehe, trus gimana?”
ICE datang. “udah bilang?” tanyanya padaku
juga.
“kamu juga tau?” tanyaku kaget ga
menyangka, aku harap ia Cuma ikut ikutan aja.
“tahu kok Fire kan?” jawabnya. JLEB!
Ga tau kenapa rasanya sakit banget pas dia bilang gitu. Kalo dia tau, berarti dia ngedukung dong bisik hatiku saat itu. Aku
jadi ga mau ngejawab pertanyaan mereka, aku juga ga mungkin langsung pulang
kan. Saat itu enatah kenapa ke Kepoan K menyelamatkanku dari posisi itu
“tau apaan?” tanyanya sambil
bertengger di bahu Ice.
“KEPOO!” ujarku sambil tertawa ke
arahnya sambil pergi.
Nene datang dan berkata “HEI HAYU
ANGKOTNYA UDAH ADA” teriaknya meminta semuanya bersiap dan pergi menuju tangga
99. Aku pingin mengantar mereka sampai sana, sebenernya sih pingin ikut sampe
cikalongnya kalo bisa, tapi kan ga mungkin. Aku naik motor, asalnya aku mau
alibi ke tangga 99 dengan bonceng nene, aku hampirin nene pake motor tidak jauh
dari Fire, fire menghentikanku dan langsung naik di jok belakang, “ikut ya Ri”
sambil tertawa.
“loh masa aku sendiri, ikut juga
tartil” ujar arta langsung naik di jok paling belakang. Motorku kecil
sebenernya ga bisa pake tartil, orang orang mulai bersorak dan tertawa
melihatnya yang bisa aku balas dengan senyum malu malu. Aku langsung tancap
gas, sebisa mungkin ga mau Ice melihat kejadian itu. Tapi itu ga berhasil karna
Ice di depan kami. Ya sudah setidaknya ia tak akan melihat kejadian itu lama
pikirku. Sampai di tangga 99 duluan. Aku mengobrol dengan Fire dan Arta. Anak
cewe yang sudah duluan bersorak disana. Aku menemuin Seli, ada sesuatu yang
harus aku sampaikan padanya seputar kabar yang ia ketahui. sebenarnya itu waktu
yang tepat kalo aku mau ngobrol banyak dengan Fire tapi aku ga mau, aku lebih
memilih ngobrol sama Seli. Aku masih canggung. Saat Rombongan anak cowo tiba
beserta Ice di sana. Aku baru mengobrol dengan Ice, K, Fire dan Arta. sampai
mereka menemukan angkot dan pergi.
K masih duduk di tangga ketika yang
lain pergi.
“kamu ga jadi ikut?” ujarku heran
“ya abis pada ngaret sih, aku kan ga
bakal nginep”
“knp atuh ga nginep?”
“ada acara di BTC seputar propolos”
jelasnya. Ya K ikut organisasi bisnis propolos(nama di samarkan)
“oh, trus katanya mau main aja, ga ada
temen pulang ya?”
“ya itu salah satu faktornya, lagian
sekarang udah jam 11 nyampe ke sana jam 1 trus makan trus pulang ga rame bgt”
“haha iya sih” aku merasa senang dia
ga jadi ikut, karna pada saat mereka semua pergi aku benar benar menyesal ga
ikut, tapi berkat K yang ga jadi ikut, aku jadi ga merasa sendiri.
“mau kemana kamu sekarang?” ujarku
“paling nyolong wifi wkwk”
“ya udah atuuh sini aku anter pake
motor kesana, mau?” tawarku padanya sambil menepuk nepuk motorku. Karna jarak
sekolah dari tangga 99 walau Cuma lurus tapi bisa di bilang jauh juga.
“ga ah aku mau jalan aja” tolaknya.
“ya udah aku duluan ya” pamitku, tapi
dia langsung berdiri dan mengejar motorku, aku pikir begitu. Makanya aku
pelankan laju motorku.
“lari?” ujarku heran
“hahaha iya ga papa sok aja” ujarnya
sambil terengos engos. Aku tau dia suka jalan jau dari rumahnya kesekolah tapi
kenapa ga manfaatin aku aja. Alhasil aku menemaninya berlari ke sekolah dengan
laju motor yang pelan. Sampai di sekolah aku pamita untuk kedua kalinya dan
tancap gas lebih cepat. Entah apa yang ia lakukan setelah itu.
Sampai di rumah, seseorang menyambutku
dengan girang. Dia sodaraku namanya pungki. aku sering memanggilnya ipung dari
dulu. Dia menyambutku kedatanganku berharap aku bawa makanan. Tapi aku ga bawa
apa apa, uangku tadi ku pakai beli pulsa untuk malam ini, karna pasti aku kepo
mereka lagi apa disana. Sodaraku selalu membawa notebook ke rumahku, katanya
sih Wifi-an gratis. Ya rumahku masang wifi karna asalnya ada 3 lepi dan 1 kompi
yang butuh internet, meski sekarang yang suka make hanya kakaku buat tugas,
sodaraku yang dulu numpang di rumah aku juga udah pindah dengan lepinya, dan
aku yang menunggu lepi ayahku setiap akhir mingg ayah aku pulang ke cimahi.
Kompi tidak bisa di harapkan sudah sejak lama kompik itu sudah di anggap wafat.
Aku pinjem notebook sodaraku itu untuk
wifian. Aku buka blog, fb dan twitter seperti biasa. Di twitter aku lihat ada 1
mention dari nene yang mengatakan selamat atas hubunganku dengan Fire, sepertinya
Fire sudah bilang di sana. Katanya Fire begitu di tanya jadian sama Tari (aku)
dia nganguk sambil malu malu. Pasti disana heboh. “maaf ya Re, aku ga bisa
nemenin kamu di poyokin disana. Sekarang aku di serang lewat twitter nih. Aku
tak pasang satupun status hubungan antara akudan dia. Aku bingung begitu aku
buka profile Fire di facebook dan aku liat lagi seksama wajahnya aku baru ngeh
kalo Fire itu non-islam.
Aku memukul mukul kepalaku “Aduuh..
kok aku bisa lupa sih”
Aku sudah tahu Fire menyukaiku bahkan
sejak sebelum banyak orang menyampaikan prediksi mereka padaku. aku tahu saat
Fire bilang aku mirip adikku dan dia muji adikku. Kalo ga salah sudah aku
ceritakan di blog ini juga. Aku juga sudah menyusun rencana harus bagaimana
kalau dia nembak. Ya dulu aku sempat berfikir aku akan bilang kalo aku suka
dia, tapi sudah aku urungkan begitu aku sadar dia nonis, padahal aku sudah tahu
itu kenapa aku lupa. Sudah aku putuskan untuk fokus sama Ice kecenganku dari
awal tapi Ice sama sekali tidak meresponku.
Bukan itu masalahnya sekarang, masalahnya Fire itu nonis. Dan aku sudah
nerima dia, kenapa aku bisa lupa kalo dia nonis padahal sudah aku rancang kata
kata supaya aku bisa menolaknya perlahan. Trus kenapa aku seneng banget waktu
dia bilang suka? Apa bener aku suka sama dia? Tapi kan selama ini aku Cuma gr!
Atau karna aku ga tega? Tapi dulu aku pernah nolak orang juga kok...jadi
kenapa?
(kalau anda bingung dengan tulisan di
atas, maklumi saja, karna maksud dari tulisan di atas adalah Tari sangat sangat
bingung. Banyak hal yang pertimbangkan)
Tari memukul notebook di hadapanku
“brak!”
“eh ri itu notebook aku!” ujar seorang
tiba tiba membuyarkan lamunanku.
“hehe~ sorry ga sengaja” ujarku sambil
mengusap ngusap notebook di depan ku.
“ya sudahlah Let it Flow” aku mengingat
motto hidupku yang satu itu ketika sodaraku memainkan lagu dari hpnya.
Sountrack naruto.
Malamnya, aku kepo mereka lagi ngapain
disana. Aku kirim send all
Woi lagi pada ngapain?
Fia menjawab : main kartu
Lalu aku smsan sama Fia, yang lain
belum bales sampe Fia menghilang dan ga ngebales lagi.
Beberapa menit kemudian, Ice menjawab
:lagi makan
Berbarengan dengan Seli : lagi makan ,
di sini matlam :O
Aku smsan sama Ice dan Seli sampai Seli tidak membalas lagi, kalo Ice
masih membalas tapi lama.
Dan aku kirim send all sekali lagi. “lagi
apa?”
Arta orang yang ga pernah punya pulsa
ngebales sms itu : bedalah yang baru jadian mah
Waw arta punya pulsa :O jawab ku kaget
Arta membalas : apa atuh –a
Akhirnya Fire ngebls sms aku : lagi
main kartu.
Aku pun smsan sama Fire tapi tidak
lama karna mungkin di sana keadaan begitu seru sehingga banyak yang tidak
memperdulikan hpnya. Tapi aku masih smsan sama Ice satu satunya yang masih bls
sms aku walau lama. Ternyata ada yang senasib denganku yaitu K. Dia juga melakukan
hal yang sama.
Esoknya..
Aku mengajak Widi menunggu kepulangan
mereka dari Cikalong di sekolah. Aku masih sendirian karna Widi belum tiba, aku
mengobrol dengan anak anak osis yang sedang istirahat hingga akhirnya sebuah
angkot tiba di gerbang sekolah. Yang pertama turun itu Ice dengan wajah suntuk
nan berantakan di susul Arum dengan wajah yang tidak kalah suram aku bingung
“ada apa?” tanyaku dalam hati. Di susul Seli, Arta dan Fire akhirnya semuanya
turun tak sebanyak yang sewaktu berangkat. Katanya mereka turun di jalan.
Aku menyapa Arum dan Seli rasanya
masih canggung sama Fire dan Ice. Mereka beli takoyaki aku pun hanya menemani
mereka bulak balik sana sini ga ada waktu ngobrol sama Fire. Sebenernya aku
takut Fire marah tapi ya sudahlah~
Aku cerita ke Arum seputar yang
bingungkan kemarin, Arum setuju dengan kebingunganku. Dia bilang dia menyesal
udah dorong dorong Fire biar nembak aku. Tapi ia memintaku untuk menunda aku
mengatakan ini ke Fire. Setidaknya ga sehari.
Sore itu berakhir..
hehehe
BalasHapusBener tuh "let it flow" jangan terlalu dipikisin nanti stress hayoo :O
Dan kamu harus belajar biar engga plin plan ><
iya ya kalo aku stres malah ga ada yang wkwk..
Hapusiya harus ga plin plan nih but, how?