Putih Abu Abu #5 (Friendship)
S, dia selalu mengisi
hari hariku dengan segala tindakan jahil nan gj-nya. Tapi itu selalu membuatku
senang, ya dari dulu aku sangat suka bermain dengan cowo, mungkin sebagian
besar sahabat sahabatku juga cowo. Cewe itu kadang malah bikin kesel tapi kadang
sesuatu hal yang sangat pribadi hanya dapat di bicarakan antar perempuan. Maka dari
itu aku pun butuh sahabat perempuan, Widi adalaha sahabatku. Biasanya sahabatku
itu adalah teman sebangkuku. Tapi tidak dengan Widi. Satu satunya sahabatku
yang tidak sebangku denganku, dia duduk dengan Arum gadis berkaca mata yang
gemar dengan spongebob.
Seperti yang sudah aku
ceritakan sebelumnya aku duduk dengan seorang cowo, aku tidak leluasa
menceritakan sesuatu atau banyak hal padanya, dan rasa canggung yang selalu ada
setiap kali aku berbicara dengannya selalu membuatku mengurungkan niatku
mengajaknya bicara. Aku kesepian duduk dengan dia, akhirnya aku menemukan teman
wanita. Pertama aku suka mengobrol dengan Seli dan Ninis mereka duduk sebangku,
kadang aku menghampiri mereka yang duduk jauh dariku hanya untuk mengobrol aku
tidak pernah kebagian tempat duduk karna ya bangku yang tersedia di sana sudah
penuh. Tapi no prob aku suka belutut dan bersidekap di atas meja yang tingganya
pas untukku nangkring hehe..
Widi, awal semester dia
jarang masuk karna sakit sehingga Arum suka duduk sendiri. Aku suka mencuri
kesempatan itu untuk duduk di sampingnya, di mana di bangku Arum selalu di
kelilingi tawa dan humor. Ya Arum adalah anak yang humoris dan imaginatif,
banyak teman yang suka terpingkal pingkal mendengan otaknya ngeresnya yang
gampang konek tapi kadang juga rada lola. Dan bertampang polos. Ya aku senang
duduk disana karna aku bisa mengobrol saat pelajaran, Arum juga anak yang
pintar sehingga banyak yang bisa aku tanyakan padanya.
Tapi ya tidak selamanya
Widi sakit, dia pun pasti masuk sekolah sehingga aku kembali ke kehidupan di
bangkuku yang penuh kecanggungan. Kadang aku menyesal kenapa aku duduk dengan
orang ini. Orang yang pernah mengisi hariku dengan senyumnya yang tak pernah
tampak sekarang. Kadang Arum mengajaku untuk bergabung mengobrol bersamanya di
bangkunya bersama Widi. Tapi entah apa yang membuatku merasa nyaman berbicara
dan bercanda dengan Widi. Kadang Widi ga tau malu, tapi dia juga humoris. Dia ga
caper, dia baik dan enah apa lagi yang membuatku tertarik denganya. Aku suka
mengajaknya menemaniku ke toilet, pergi ke kantin atau bahkan sekedar jalan
jalan di luar. Widi itu sangan menyenangkan di ajak membicarakan hal “pribadi”
juga rahasia, apalagi untuk ngegosip ya. Gosip itu kebiasaan cewe semua orang
sudah tau itu.
Widi adalah alumni SMP
yang sama denga Afa, dan Aga. Ia juga kenal denga mereka. Walau aku ga pernah
menceritakan mereka atau memcari informasi tentang mereka ya tapi itu kujadikan
salah satu faktor kenapa aku dekatnya. Yang sebenarnya kedekatan aku denganya
itu tidak aku tahu kenapa. Aku bahkan ga tau hari ulang tahunya.
Ya aku selalu menghabiskan
hari hari sibuk di sekolah dengan Widi, tanpa aku sadar kami keasikan berdua. Aku
lupa Arum. Aku terlalu sering bersama Widi, segala waktu senggang aku
menghampirinya dan mengajaknya pergi, aku lupa Arum. Hingga suatu hari saat
kita mengobrol berempat (aku, Arum, Widi dan Bajai) Arum berkata, “udahlah aku
duduk sama si bajai aja” saat itu aku pikir itu bercanda. Tapi ia mengatakannya
berulang kali seingga aku tahu kalo dia sedang marah. Aku tanyakan hal itu pada
Widi, “wi, arum marahnya?” widi mengangguk dan menceritakan bahwa sebenernya
Arum merasa di tinggalkan olehnya karna dia terlalu dekat dengan ku. Aku bingung,
aku tahu aku salah. Tapi “apa aku harus menjauh dari kamu wid?”
“jangan! Arum udah nyuekin aku kalo kamu ngejauh juga aku yang sedih atuh”
“da atuh gimana lagi biar dia ga marah?”
“.....” Widi terdiam.
“kita minta maaf yu” ajaku dan kemudian kita menghampiri Arum yang sedang duduk sendiri menyantap bekal makan siangnya.
“jangan! Arum udah nyuekin aku kalo kamu ngejauh juga aku yang sedih atuh”
“da atuh gimana lagi biar dia ga marah?”
“.....” Widi terdiam.
“kita minta maaf yu” ajaku dan kemudian kita menghampiri Arum yang sedang duduk sendiri menyantap bekal makan siangnya.
“rum, maafin aku ya. Aku ga
maksud tralu sering sama Widi. Maaf” ujarku memulai pembicaraan
“ih kenapa? Ga apa apa kok, lain kali kamu duduk aja sama widi” ujar Arum sambil tersenyum tapi aku tahu pasti dari sinar matanya, ia menyembunyikan rasa kesalnya. Akhirnya aku dia menyudahi makannya dan meninggalkan bangku juga meninggalkan aku, dan Widi.
“ri aku jadi ga enak sama arum” ujar Widi di sampingku, aku juga merasakan hal yang sama. Beberapa pertimbangan muncul di otakku silih berganti,mencari cara penyelesaian yang terbaik. Failed. Yang terpilih dari semua pilihanku adalah “wid, sekarang kamu main sama Arum aja dulu” aku pun pergi meninggalkan Widi. Aku tahu perasaan Widi saat itu, pasti sangat bingug harus memilih yang mana antara aku dan Arum. aku putuskan untuk bercerita pada Seli dan Ninis.
“ih kenapa? Ga apa apa kok, lain kali kamu duduk aja sama widi” ujar Arum sambil tersenyum tapi aku tahu pasti dari sinar matanya, ia menyembunyikan rasa kesalnya. Akhirnya aku dia menyudahi makannya dan meninggalkan bangku juga meninggalkan aku, dan Widi.
“ri aku jadi ga enak sama arum” ujar Widi di sampingku, aku juga merasakan hal yang sama. Beberapa pertimbangan muncul di otakku silih berganti,mencari cara penyelesaian yang terbaik. Failed. Yang terpilih dari semua pilihanku adalah “wid, sekarang kamu main sama Arum aja dulu” aku pun pergi meninggalkan Widi. Aku tahu perasaan Widi saat itu, pasti sangat bingug harus memilih yang mana antara aku dan Arum. aku putuskan untuk bercerita pada Seli dan Ninis.
Aku menghampiri mereka
berdua di bangkunya yang sedang menyantap siomai dari kantin ketiga. “Seli,
Ninis” aku sapa mereka sambil tersenyum dan sesaat melihat punggung Widi yang
sedang duduk sendiri di tempat tadi. Aku bukanya mau ikut meninggalkannya atau
memilahnya segera memilih. Karna aku tahu aku yang paling ga berhak sama Widi. Aku
baru kenal sedangkan Arum sudah sejak dulu kenal Widi. Aku menghampiri Seli dan
Ninis untuk meminta pendapat mereka, aku cerita situasi antara aku, Widi, dan
Arum. beginilah menurut mereka,
“ya kamu emang terlalu deket sama Widi, kita aja ga pernah di ajakin” ujar Ninis
“hmm, maaf.. trus aku harus gimana? Ngejauhin?” ujarku sambil tertunduk rasanya kepalaku berat saat itu. Aku harus memilih antara kembali kesepian atau merebut teman orang lain. Aku suka memarahi diriku sendiri, kenapa aku selalu hanya bisa berteman baik dengan satu orang, kenapa aku tidak bisa berbaur dengan semua sekaligus, kenapa aku ego?
“ya ga apa apa jauhin aja untuk sementara, tapi jangan tralu jauh. Trus kalo mau apa apa sementara ke kita dulu. Tapi kadang kadang harus ngajak Arum juga kalo kamu mau sama Widi” ujar Ninis memberikan solusi yang pernah aku sangkal di otaku. Tapi setelah aku renungkan mungkin itu yang terbaik.
“menurut kamu gimana sel?” aku menanyakan pendapat Seli yang sedari tadi hanya menyimak aku dan Ninis.
“ya menurut aku juga sama kaya ninis, kamu jangan lupa ajak Arum kemana mana” ujar Seli menstujui pendapat Ninis.
“ya kamu emang terlalu deket sama Widi, kita aja ga pernah di ajakin” ujar Ninis
“hmm, maaf.. trus aku harus gimana? Ngejauhin?” ujarku sambil tertunduk rasanya kepalaku berat saat itu. Aku harus memilih antara kembali kesepian atau merebut teman orang lain. Aku suka memarahi diriku sendiri, kenapa aku selalu hanya bisa berteman baik dengan satu orang, kenapa aku tidak bisa berbaur dengan semua sekaligus, kenapa aku ego?
“ya ga apa apa jauhin aja untuk sementara, tapi jangan tralu jauh. Trus kalo mau apa apa sementara ke kita dulu. Tapi kadang kadang harus ngajak Arum juga kalo kamu mau sama Widi” ujar Ninis memberikan solusi yang pernah aku sangkal di otaku. Tapi setelah aku renungkan mungkin itu yang terbaik.
“menurut kamu gimana sel?” aku menanyakan pendapat Seli yang sedari tadi hanya menyimak aku dan Ninis.
“ya menurut aku juga sama kaya ninis, kamu jangan lupa ajak Arum kemana mana” ujar Seli menstujui pendapat Ninis.
Ya brarti aku akan
kembali kesepian, tapi itu yang terbaik. Aku telah membulatkan tekad dan
menceritakan rencanaku pada Widi agar ia tak salah paham setelah aku
melaksanakan misi ini. Saat aku sedang menjauh dari Widi dan Arum aku bingung
harus bermain dengan siapa, dan munculah Fire. Fire itu tipe cowo yang kocak
abis dan kadang ga tau malu. Dia selalu melakukan hal gj saat aku sedang
mengobrol dengan yang lain seperti waktu itu. Aku sedang duduk bersama Seli
mengutak ngatik laptopnya sedangkan Ninis sedang jajan keluar. Fire datang dan menepuk pundaku “jadi gitu
ri? Kamu sekarang sama Seli?” dengan tampang seperti pacar yang memergoki
pacarnya selingkuh. Awalnya aku bingung dan hanya tertawa asam. Sambil bilang “apasih”
tapi itu tidak hanya sekali ia sering melakukanya padaku saat aku sedang dengan
siapa saja. Karna sudah menjadi terbiasa kadangaku menembalinya dengan kata
kata lebai sehingga kita seperti aktris teatrikal.
~flashback~
saat sedang menghadiri pertemuan di SMAN sekolah lain seperti yang aku ceritakan pada #4
saat aku meminjam hp ice dan meinjam hp fire untuk main game. Fire juga meinjam hpku sebagai jaminan aku meminjam hpnya. Dia melihat wallpaper hpku adalah foto aku bersama adiku.
“ini kamu sama kaka kamu
ya?” ujar fire
“mana liat?” ujar arta dengan wajah kepo melihat hpku
“mana?” aku masih belum mengerti foto mana yang ia maksud “ih itu aku sama ade aku” setelah aku mengetahui foto yang ia maksud.
“oh ade kamu, eh mirip loh sama kamu” ujar fire baru menyadarinya
“wah iya, kamu yang pertama bilang gtu loh padahal beda bgt” ujarku mengelak karna setauku aku sama adeku itu ga mirip.
“ya ih mirip!” ujar fire keukeuh
“sama cantiknya ya?” ujarku bercanda
“iya ade kamu cantik”ujar fire sambil terus menatap hpku. Sebenernya kalimat itu ambigu, tau ambigu kan ituloh kalimat yang mempunyai 2 atau lebih makna. Dan membuat aku sedikit gr “brarti aku cantik dong?” ujarku.. sambil tertawa hahaha
“mana liat?” ujar arta dengan wajah kepo melihat hpku
“mana?” aku masih belum mengerti foto mana yang ia maksud “ih itu aku sama ade aku” setelah aku mengetahui foto yang ia maksud.
“oh ade kamu, eh mirip loh sama kamu” ujar fire baru menyadarinya
“wah iya, kamu yang pertama bilang gtu loh padahal beda bgt” ujarku mengelak karna setauku aku sama adeku itu ga mirip.
“ya ih mirip!” ujar fire keukeuh
“sama cantiknya ya?” ujarku bercanda
“iya ade kamu cantik”ujar fire sambil terus menatap hpku. Sebenernya kalimat itu ambigu, tau ambigu kan ituloh kalimat yang mempunyai 2 atau lebih makna. Dan membuat aku sedikit gr “brarti aku cantik dong?” ujarku.. sambil tertawa hahaha
Dan itu jadi pertama kali
aku berbicara dengan fire, setelah itu kami kadang mengobrol sebentar di kelas.
Dan terjadilah kebiasaan bermain drama yang GJ itu.
***
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar agar penulis semakin semangat ya, terimakasih sudah berkunjung :)