Menyempurnakan Separuh Manis
Sebuah mobil TAFT GT 2x2 berwarna putih berhenti di depan
gerbang salah satu sekolah menengah atas yang populer dengan keasrian
lingkungan dan luas wilayahnya. Tak lama kemudian seorang gadis berkulit putih
dengan tampang kota turun dari mobil tersebut. Gadis itu dengan mantap menatap
gerbang sekolah yang berdiri kokoh dihadapannya dan bergumam “Tahun ajaran
baru, sekolah baru, kelas baru, guru baru, lingkungan baru, teman-teman baru
dan tentu saja gebetan baru. hihi..”
Tata merupakan gadis ibukota yang baru saja pindah ke salah
satu kota yang sedang berkembang di provinsinya dikarenakan ayahandanya
tercinta dipindah-tugaskan ke kota tersebut oleh pimpinannya. Hal tersebutlah
yang memaksa Tata untuk meninggalkan jutaan ceritanya di ibukota untuk
menuliskan cerita baru di kota ini, khususnya di sekolah baru sebagai siswi
baru.
Tidaklah mudah untuk menemukan sekolah yang lolos dari
berbagai syarat yang Tata berikan pada ayahandanya tersebut untuk membujuk Tata
mau ikut pindah bersamanya. Sekolah ini merupakan sekolah impian Tata, walaupun
bukan sekolah berstandar internasional seperti sekolah lamanya, namun sekolah
ini lima kali lebih luas dan lebih asri dari sekolah lamanya. Itulah hal yang
dapat ia banggakan pada teman-teman di sekolah lamanya dan hal tersebutlah yang
akan memotivasinya untuk tidak menyesali pilihannya.
Karena Tata masuk pada saat tahun ajaran baru, maka tidak
ada ritual khusus anak baru pada umumnya seperti memperkenalkan diri di depan
kelas, sebeb semua siswa-siswi juga belum saling mengenal sehingga semua saling
memperkenalkan diri satu sama lain. Satu-persatu siswa dan siswi kelas itu
berdiri untuk memperkenalkan diri dan asal kelas mereka, hingga tibalah giliran
Tata. Semua memang begitu antusias begitu tahu jika ternyata di kelas mereka
ada siswi baru yang sudah jadi perbincangan sebelum libur semester berakhir.
Tata memperkenalkan diri dengan sedikit canggung, perbedaan logat bahasanya
membuatnya merasa berbeda dari yang lain. Sebenarnya Tata tak suka jadi pusat
perhatian, ia selalu merasa risih ketika semua mata menatapnya penuh tanda
tanya, namun ia menyadari bahwa itu merupakan hal yang wajar sehingga ia
membalas semua tatapan mata tersebut dengan senyum termanisnya.
Namun tatapan perhatian itu tidak bertahan lama mengarah
padanya, seorang pria yang duduk di belakangnya ternyata cukup mengalihkan
secara penuh semua perhatian padanya ketika ia memperkenalkan diri. Mengapa?
Kau akan tahu..
“perkenalkan nama saya Pria Patra” ujar pria tersebut.
Eh? Serius! Nama pria tersebut memang Pria, dan hal tersebut
sontak membuat seisi kelas tertawa olehnya. Kami merasa sudah cukup diyakinkan
dengan sosoknya, kulit putih, hidung mancung dan berbadan tinggi tegap nan
ideal dengan gaya rambut cepak bahwa dirinya adalah pria, namun namanya seakan
mempertegas jati dirinya. Nama yang unik, nama yang mampu menarik perhatian
semua penghuni kelas termasuk Tata. Kegiatan berkenalan pun terus berlanjut
hingga siswa terakhir.
Pelajaran pun berlangsung sesuai jadwal dan hampir setiap
pergantian guru matapelajaran, mereka meminta kami memperkenalkan diri kami
secara singkat. Hanya nama Pria-lah yang teringat di benak Tata. Saat pelajaran
terakhir tiba, tidak seperti guru lainya yang memulai hari pertama sekolah ini
dengan basa basi tetapi guru matapelajaran bahasa indonesia ini sangat tidak
suka membuang buang waktu sehingga ia langsung mulai memberikan materi. Materi
itu di sambut dengan ogah-ogahan oleh semua siswanya, karena percayalah tidak
ada satupun dari mereka yang bersiap diri untuk mulai belajar setelah liburan
panjang.
“jir ieu guru, teu aya kompromi na aih” terdengar suara yang
tak pernah terbayangkan oleh Tata, suara yang berasal dari sosok keren di
belakangnya yang ternyata berbicara logat sunda kental. Entah kenapa hal
tersebut seakan menggelitik logika Tata dan otomatis Tata tertawa geli, membuat
teman sebangkunya Widya terheran-heran saat memergokinya.
“kamu kenapa ta?” ujar Widya menepuk bahu Tata. Tata segera
tersadar dari lamunan berlogikanya dan menggeleng sambil tetap menahan tawa
sembari menggurat senyum paksa dibibirnya.
“iihh kamu kenapa sih bikin penasaran aja aih?” ujar Widya
sedikit kesal, ia meminta penjelasan Tata sambil mengetuk meja di belakang
tanpa sadar TUK! Kemudian terdengar lagi suara orang yang membuat Tata tertawa.
“eits, kunaon?” ujar Pria terkaget dengan ketukan tangan Widya di bangkunya.
Widya mengadukan ulah Tata padanya, “ini nih tiba tiba dia ketawa, bikin
penasaran aja!”
“ah palingan ge nemu gebetan anyar di kelas wkwkwk” ujar
Pria penuh canda, spontan membuat Tata terkejut, sepertinya gelagatnya sangat
mudah di baca cowok itu. Tata mengelak sekuat tenaga, “ngga kok, aku ketawa
gara-gara kamu tau! Eh..” dan ternyata akibat dari gerakan spontanya itu
membuat ia berkata jujur. “hah! Abdi? Naha?” ujarnya bingung. Akhirnya terpaksa
untuk meluruskan semua kesalah pahaman itu Tata menceritakan semua yang ia
pikirkan mulai dari pendapatnya tentang penampilan Pria hingga ke tidak
serasianya dengan logat sundanya. Itulah awal mula mereka mengobrol dan
bercanda bersama hingga bel pulang berbunyi.
Tata sangat antusias ingin mencari pacar baru di sekolah ini
makanya ia selalu memperhatikan teman-teman di kelasnya secara detail. Memang
tidak baik menilai orang dari penampilanya tapi tidak bisa dipungkiri
penampilan merupakan cerminan diri setiap individu ya termasuk juga daya tarik
mereka. Namun tipe pacar yang diinginkan Tata tidaklah seperti cewek pada
umumnya. Tata itu sangat antimainstream, menurutnya sesuatu yang sudah disukai
banyak orang itu berarti keindahannya sudah second
selayaknya barang bekas, karena telah ditemukan oleh banyak orang. Ia hanya
menyukai sesuatu yang sangat unik, karena menurutnya keindahan sesuatu yang
unik itu tidak akan dengan mudah ditemukan orang lain, dan ia dapat menikmati
keindahan tersebut sendirian. Jadi jika pada umunya cewek suka pada cowok-cowok
tampan, maka cowok-cowok tersebut sudah secara otomatis tercoret dari daftar
cowok idaman Tata. Apalagi untuk digebet.
Esoknya di kelas di tentukan sistem duduk rolling atau bergantian tempat duduk
setiap hari secara berurutan. Alhasil ada saatnya dimana cowok yang duduk di
belakang Tata atau Pria, akan duduk jauh darinya. Sebenarnya tidak masalah
karena Tata sudah mencoreng nama cowok tersebut dari daftar calon gebetanya. Kenapa?
Tentu saja karena Pria itu tampan. Lebih dari itu banyak sekali cewek yang
telah menjadi korban tampangnya itu.
Perbedaan cuaca di ibukota dengan di kota baru ini lumayang
extreme. Tata yang terbiasa dengan udara sejuknya ibu kota pasti akan sangat
tersiksa dengan cuaca pana kota baru ini. Siang itu memang panas, sangat panas.
Tata melahap es krim Corneto kesukaanya sambil bersandar di ambang pintu kelas,
berusaha mendapatkan hembusan angin untuk menyejukan tubuhnya yang benar benar
merasa kepanasan. Tanpa sadar ia memperhatikan Pria yang sedang bermain bola di
lapang sekolah, yang dapat di lihat langsung dari posisi Tata bersandar
sekarang.
“Kenapa cowok setampan itu masih ngejomblo sampe sekaranga?
Pasti ada yang ga bener sama dia” gumam Tata hingga matanya tetiba terbelalak
mendapati Pria memeluk temannya Yadi setelah berhasil memasukan bola ke gawang
lawan “jangan-jangan dia Homo!” Kemudian sebuah tepukan pelan di bahunya
membuyarkan lamunanya. “DOORR!! Merhatiin siapa hayo?” ujar seorang gadis bertubuh
gemuk yang menepuk pundaknya. “yaelah Widya, aku pikir siapa!” ujarku ketika
menyadari keberadaan Widya yang berhasil membuyarkan lamunanya.
“hmm, emang ngarepnya siapa? Yadi yaa? Haha” canda widya
“hah kok yadi?” Tata benar benar terkejut mendengar tebakan
kawannya itu, secara ia tidak pernah memperhatikan Yadi, walau sempat ia
bertatapan mata secara tidak sengaja ketika sedang memperhatikan Pria teman
sebangku Yadi.
“alaah semua juga tau, kamu suka ya sama Yadi?”
“hah? Nggak kok, ngaco ah! Kok kepikiran gitu sih?”
“kamu kan sering curi-curi pandang merhatiin Yadi trus
kalian senyum senyum bareng haha”
Sekarang Tata tahu kenapa Widya bisa berfikir seperti itu,
itu semua karena salah faham atau lebih tepatnya salah fokus. Mengetahui alasan
salah total dari Widaya membuat Tata jadi malas membahasnya dan berjalan
menjauhi Widya yang masih sibuk menggodanya, hingga BUUGH! tanpa sadar ia
menabrak Pria dan es krim yang ia pengang mengotori kemeja putih Pria.
Tata tahu persis sulitnya mencuci pakaian yang terkena es
krim jika tidak segera ditangani dengan tepat, sebab ia pula yang sering
menjadi korban dari es krimnya sendiri. Meskipun ia tahu es krim mahal seperti
Corneto ini aman dari pewarna yang membekas pada baju namun tetap saja ia
panik.
“ya ampun Pria maaf” ujar Tata sambil berusaha membersihkan
noda eskrim di baju pria dengan tanganya.
“haha mau aku maafin?” ujar Pria dengan santai seperti yang
tidak peduli dengan bajunya yang kotor.
Tata mengangguk tanpa menatap mata Pria karena masih sibuk mencoba
membersihkan noda es krim tersebut. Pria tertawa kecil,mendapati wajah Tata
yang sangat panik. Suara tawa itu terdengar di telinga Tata meski ia masih saja
sibuk dengan es krimnya. Tiba tiba Pria menyambar es krim yang dipegang Tata,
yang menjadi penyebab bajunya kotor.
“ini buat gue!” ujar Pria santai dan segera melahap es krim
itu.
Begitu penyebab utama kepanikannya diambil, barulah membuat
Tata buyar dari konsentrasinya membersihkan baju Pria. Dia bingung dengan logat
Pria yang tiba tiba berubah dan yang paling membuatnya kaget adalah es krim
corneto kesukaanya yang tinggal setengah dimakan dan tumpah ke baju pria tiba
tiba saja disambar dan dimakan oleh korbannya.
“eh itukan punya aku!” ujat Tata terkejut.
“bagi dong, itung-itung permintaan maaf baju aku kamu
kotorin”
“ya tapi itu bekas aku, nanti aku beliin yang baru deh”
“ga mau ah kagok udah aku makan, lagian aku ga pernah abis
makan es krim”
“masa? Bohong ga mungkin, es krim ini kan enang B.G.T B.G.T”
“hahaha apaan sih meni pake B.G.T B.G.T segala haha..
udahlah aku ga mau es krim lagi kok”
“ya tapi aku ga enak klo ngasih bekas buat minta maaf”
sebenarnya Tata sudah menerima jika permintaan maafnya di terima, tapi rasanya
ia tidak mau berhenti berdebat dengan Pria hingga ia terus mengulur waktu.
“hemm ya gapapa udah aku maafin kok” ujar Pria meyakinkan
Tata sekali lagi di bantu kedipan satu matanya.
“aih muka lo pingin gua tabok! Wkwk ya udah baju ini aku
cuci ya, kamu kan pake kaos trus bawa jaket. Besok kemejanya udah kering deh
aku janji” ujar Tata sangat percaya diri, entah kenapa Tata memang tidak mau
semua berakhir begitu saja.
“oke deh” Pria membuka kemeja sekolahnya dan memberikanya
pada Tata.
Esoknya Pria tidak sekolah karena ia dan keluarganya pergi
ke Kalimantan selama beberapa hari. Baju seragam yang telah di cuci Tata pun
hanya tergantung rapi di kamar Tata seperti baju bola bagi para pecinta
sepakbola. Di sekolah selama Pria tak ada Yadi duduk sendiri. Semenjak itu Yadi
melancarkan jurus pdkt ke Tata, Tata tidak menyadarinya dan menganggapnya biasa
saja dengan welcome pada semua sapaan
ramah dan perhatian tulus Yadi dengan manis. Hingga tanpa sadar satu kelas
mulai mengatai mereka bahwa mereka berdua telah jadian. Tata benar benar tidak
betah dengan suasana itu, ingat? Tata tak suka jadi pusat perhatian.
Ia sering menghabiskan waktu siangnya di kantin dengan
membeli Corneto, entah sejak kapan ia jadi sangat menyukai es krim tersebut.
Tapi ia tidak pernah menghabiskanya, rasanya ia selalu teringat pada Pria
setiap Corneto itu tinggal setengah. Kadang Tata jadi suka tertawa sendiri
mengingat cerita antara ia, Corneto dan dirinya. Bahkan meskipun siang itu
hujan turun, Tata membeli es krim Corneto di kantin. Sebenarnya bukan karena
itu yang menyebabkan ia masuk angin dan esoknya ia tidak sekolah, tapi karena
ia rela hujan-hujanan demi membeli es krim tersebut.
Esok paginya tubuh Tata bersuhu 38 derajat celcius, cukup
untuk dikatakan demam. Suhu tubuh panas dan cuaca panas membuatnya benar-benar
tersiksa. Tata pun mengurungkan niatnya untuk pergi kesekolah, rasanya
benar-benar tidak bersemangat. Apalagi menghadapi gosip yang beredar antara ia
dan Yadi. Meskipun sebenarnya itu bukan masalah besar baginya, namun ada yang
lain..
Lalu ibu Tata memanggil “Ta! Itu ada temanmu di depan”
Setelah mendengarnya, dengan lemas Tata menghampiri jendela
kamarnya untuk menemukan sosok temannya. “Pria?” ujar Tata mendapati sosok
cowok yang lama tak ia jumpai batang hidungnya itu bersandar pada pagar
rumahnya. Dengan kilat Tata bergegas keluar rumah dan menghampiri cowok
tersebut. Belum ia berkata apa-apa cowok tersebut sudah menyambutnya dengan
pertanyaan “hoi, kok ga pake seragam?” ujar pria bingung melihat jam set7 Tata
masih memakai piyama.
“km juga ga pake seragam” balas Tata
“km juga ga pake seragam” balas Tata
“pan di kamu ckck”
“oh iya Tunggu!”Tata teringat bahwa seragam Pria ada
padanya, dan telah ia gantung dikamarnya seraya baju bola selama seminggu
penuh. Ia berlari kedalam untuk mengambilnya dan sekejap berada diluar lagi
untuk memberikannya pada Pria. “nih!”
“sipp, kok kamu ga sekolah?” ujar Pria sambil mengenakan
seragamnya.
“masuk angin, nih suratnya pang kasihin ya?”
“oke,gws ya” mengusap kepala tata pelan, otomatis membuat
tata terdiam seribu bahasa
“eh demam geningan” ujar pria mendapati kening Tata saat itu
lebih panas dari pada suhu tangannya.
“hehe.. ia nih, ga betah banget demam panas panas gini jadi
pingin eskrim haha” kelu Tata setelah lamunannya buyar mendengar perkataan
Pria.
“ckck turunin dulu nih demamnya baru makan corneto, eh tapi
jangan di tumpahin ke baju aku lagi ya haha” ujar Pria dengan nada sindiran
sambil berlalu dengan motornya pergi dari hadapan Tata. Tata pun yang sempat
berwajah kesal seketika berubah merah dan dihiasi senyum mencurigakan dan
semakin mencurigakan ketika ia jingkrak-jingkrak sendiri setelah kepergian
Pria.
Di sekolah, semua menyambut pria dengan menagih oleh-olehnya
dan sekolah berlangsung seperti biasa. Tapi Yadi terlihat sedikit lebih pendiam
sehingga yang lain menggodainya
“ah Yadi galau Tata sakit cie cie”
Pria tak tahu apa apa, langsung mendapat gosip baru yang
jelas tak benar. Gosip itu adalah bahwa Tata jadian dengan Yadi. Entah kenapa
itu membuatnya terpuruk.
Keesokan harinya Tata sekolah lagi, semua seperti biasa
menggodainya dengan Yadi. Tata sudah terbiasa sehingga ia pun sudah lelah
mengelak dia hanya mencoba mengikuti semoga saja mereka jadi bosan pikirnya.
Tapi Pria tidak pernah ikut menggodainya bahkan dia jadi acuh tak acuh padanya.
Siang itu Tata pingin beli corneto lagi, tapi Yadi
melarangnya dengan sikap sok perhatian. Pemandangan itu sangat membuat mata
Pria panas.
Suatu hari yang sudah di tunggu-tunggu siswa di kelas, Yadi
menembak Tata di depan kelas di hadapan semua termasuk Pria. Pria terbelalak,
tidak beranjak tapi juga tidak berkata apa apa.
Tata tidak menyangka hari ini akan datang, ia tak punya
kata-kata yang tepat untuk menjawab pernyataan Yadi. Dengan dua buah Corneto
yang dipegangnya, yang kemudian disodorkan pada Yadi beserta pertanyaan yang
membuat yang lain jadi bertanya-tanya dengan ulahnya “kamu suka eskrim?”
“suka”
“mau?” Tata menyodorkan es krim corneto pada Yadi, semua
memang heran tapi mereka cuma menonton. “mau 1 apa 2?” tanya Tata sekali lagi.
Ini bagian dari tes.
Yadi menjawab, “dua-duanya buat km aja, kamu suka kan?”
“aku memang suka es krim Yad, jadi aku ga bisa suka kamu”
semua terlihat aneh Tata pun pergi di ikuti beberapa cewek penuh pertanyaan dan
cowok-cowok sibuk menghibur Yadi yg patah hati.
Esoknya Pria sedikit merasa lega, dengan kejadian kemarin ia
tahu kalau gosip itu tidak benar. Pada siang harinya Pria membeli satu Corneto
dan menemui Tata yang sedang melamun di ambang pintu.
“mau?” ujar Pria menyodorkan es krim tersebut di depan wajah
Tata, dan berhasil membuyarkan lamunannya.
“buat aku?” tanya Tata dengan sedikit bingung.
“kamu suka kan?”
“iya, tapi walau aku suka es krim ini, ada hal yg lebih aku
suka, yg bikin aku ga mau ngabisin eskrim ini. Jadi ga usah deh hehe”
“hehe bagus dong kalo gtu kita makanya berdua aja”
“berdua?”
“kamu tau kan aku ga pernah abis makan es krim?”
“hehe.. yakin?”
Tanpa menjawab pertanyaan Tata, Pria langsung membuka
bungkus es Krim tersebut dan menyodorkanya kembali pada Tata ”nih..” tepat
depan mulutnya.
Tata menggigit es krim itu ragu, dan tidak sengaja es krim
itu belepotan di bibirnya “oops” ujar Tata.
Tiba-tiba saja, mendarat sentuhan lembut di bibirnya untuk
membersihkan es krim tersebut dan Pria menjilat tanganya sendiri dengan santai.
Seakan ia tak sadar cewek di depanya benar-benar merah padam. Tata tak sanggup
menahan lagi perasaanya, “suka..”
“hah?”
“aku suka..”
“suka es krim? Udah tau”
“ada yg lebih aku suka dari es krim”
“apa?”
“ka-----mu!”
Tata tahu ia melanggar prinsipnya tapi benar-benar telah
jatuh cinta. Pria tak menjawab apa-apa dan tiba-tiba, mendaratlah kecupan
hangat dari bibirnya. Tata benar-benar terkejut dan diam seribu bahasa, matanya
kosong seakan akan tak tahu harus memancarkan apa. Jutaan tanya hal bergemuruh
dalam pikirannya. Senang, bingung bercampur ragu memadati isi hatinya saat ini.
“aku ga bisa makan es krim sendiri, karena aku selalu ingin
memakanya bersamamu.” Ujar Pria agak gemetar, Tata mengalihkan pandanganya yang
semula kosong karena terkejut, ke arah wajah Pria yang ternyata juga merah
padam. Kemudian, Tata mulai mengerti bahwa perasaannya ini terbalas dan dengan
niat jahil ia bertanya “kenapa?”
“masa belum ngerti sih!!”
“emang ga ngerti..”
“jika ibarat es krim ini hati, aku hanya ingin membaginya
sama kamu”
“acie pulang dari kalimantan jadi romantis niyee” haha Tata
tertawa dan menyambar es krim yang di pegang pria dan melahapnya.
“apa sih..” Pria mencoba merebutnya kembali dan mereka
akhirnya tahu perasaan masing-masing.
tamat
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar agar penulis semakin semangat ya, terimakasih sudah berkunjung :)