Embun (part 1)



Rita bukanlah cewe spesial, juga bukanlah cewe yang biasa saja. Ia adalah seorang siswi kelas XI IPA dari SMU Bintang yang sangat poppuler dengan lingkunganya yang sangat asri. Seperti siswi lainya, Rita berangkat sekolah menggunakan angkutan kota, ia selalu berangkat bahkan sebelum fajar menujukan dirinya sepenuhnya. Maklum saja karna jarak rumahnya kesekolah tidak bisa di bilang dekat, sehingga jika saja ia terlambat menujukan dirinya dengan si fajar itu artinya ia memang tidak akan benar benar terlambat masuk sekolah tetapi ia akan terlambat menjadi orang pertama yang menyapa Agung. Seperti yang sudah kita bayangkan Agung adalah pujaan hati Rita, Agung  adalah siswa SMU Bintang sama seperti Rita bahkan mereka satu kelas dan sama sama selalu datang pagi ke sekolah, bedanya Agung selalu datang ke sekolah menggunakan motor.

Rita mulai menyukai Agung sejak, suatu pagi Rita datang dengan tergesa gesa ke sekolah sepagi buta yang dia bisa, sebenarnya sebelum pagi itu Rita adalah murid yang paling sering datang keseingan, bahkan rekor terpaginya adalah 5 menit sebelum bel berbunyi. Tapi khusus pagi itu Rita berangkat sangat pagi bahkan mengalahkan sang fajar bangun bukan karna ia mendapat hidayah tapi karna ia meninggalkan buku sketsanya di kolong meja. Ia takut seseorang akan menemukan buku itu lebih dulu darinya dan melihat isinya dimana ia selalu menggambar khayalan khayalannya yang aneh bahkan menulis curhatan keseharianya. Saking paniknya ia berlari dengan cepat tanpa memperdulikan sekelilingnya, memasuki kelas dan segera menuju bangkunya yang kemarin.
“YES!” ujarnya bangga dan lantang, rasanya bola besi yang ada di atas kepalanya baru saja jatuh ke lantai, namun tak lama kemudian ia mendengar suara langkah kaki mendekati pintu kelas, kepanikanya pun muncul lagi
Waduh ada yang datang, bagaimana kalo dia bertanya alasanku datang pagi, secara aku kan dewi kesiangan. Bisa bisa aku ketawan punya buku beginian aduh gawat gawat aku harus sembunyi.
Rita pun sembunyi di kolong meja guru yang lebih besar dari meja meja lainya di kelas itu dan kebetulan tepat berada di sampingnya saat itu. Sambil memeluk buku sketsa itu baik baik mencoba memperlambat laju nafasnya agar tak menimbulkan suara yang mencurigakan. Sebenarnya ia tahu ia tak perlu sembunyi ataupun menjawab jika pertanyaan itu keluar tapi pikiran jernihnya terlambat, rasa paniknya sudah lebih dulu mendorong ia ke kolong meja itu dan seseorang di luar sana sudah masuk ke kelas itu. Dari pada malu kepergok keluar dari kolong meja, lebih baik berharap orang tersebut hanya datang untuk menyimpan tasnya dan keluar kelas.

Seseorang tersebut sudah masuk ke kelas, tiba tiba keheningan tercipta setelah suara langkahnya terhenti di depan kelas tak lama kemudian langkah kaki itu terdengar lagi mendekati meja guru membuat jantung Rita seakan mau copot, tapi langkah kaki itu perlahan terdengar menjauh lagi tapi buka ke arah pintu melainkan ke arah bangku belakang. Rita bertanya tanya siapakah gerangan orang tersebut? Rasa penasaranya menyuruhnya mengintip tapi rasa gengsinya langsung menahanya. Sesaat setelah itu ia mendengar suara alunan musik dari harmonika yang sangat merdu namun terpotong suara batuk seseorang tersebut yang mengobati rasa penasaran Rita sedikit karna akhirnya ia tahu seseorang itu adalah lelaki. Mendengarnya Rita menjadi lemas, seakan akan ia telah di perdengarkan musik yang sangat indah mampu menghipnotis Rita dan membuatnya ingin menyanyi juga.
Saking asiknya ikut bersenandung mengikuti alunan harmonika yang di mainya seseorang tersebut, Rita tak menyadari suara itu semakin mendekat dan tiba tiba terhenti. Lalu di lanjutkan dengan suara orang tersebut tertawa terbahak bahak. “RITA! Ngapain kamu di kolong meja hahahaha”
Mendengar ucapan  tersebut membuat wajah Rita memerah padam menyadari ia sudah ketahuan nyumput di kolong meja. Sambil merangkak keluar meja dengan wajah yang merah padam Rita mencoba mendapati wajah orang tersebut. “apa kamu Agung ketawa ketawa?” mencoba mengeles dari pertanyaan seseorang yang tertawa tersebut yang ternyata adalah Agung salah satu siswa di kelasnya. Rita segera berdiri dan menghampiri bangkunya untuk hari ini. Ya karna di kelas itu di adakan sistem rolling bangku jadi setiap harinya setiap siswa akan pindah bangku sesuai pola yang di tentukan.
“siapa yang ga bakal ketawa coba nemu orang nyanyi nyanyi di kolong meja? hahaha” ujar Agung dengan nada meledek, nampaknya ia benar benar puas tertawa.
“biarin dong, dari pada kamu udah enak enak musiknya eh malah di potong batuk, huh dasar amatiran!” ujar Rita ketus benar benar ga terima di tertawai.
“musiknya enak? Haha makasih makasih aku anggap itu sebagai pujian hahaha” ujar Agung yang sekarang dengan nada sangat pede layanknya artis yang baru di puji komentatornya.
Haduh salah ngomong lagi, malah jadi kepedean kan tuh anak jadinya. Bisik rita dalam hati sambil menurunkan bangku dari atas meja. Dan ia berkata “ya deh biar cepet” dengan juteknya.
“hahah haduh rita jangan ngambek dong, lagian kamu ngapain ngumpet di kolong meja?”
“ga ngumpet kok, tadi ada buku aku yang jatoh” kelak Rita
“ah masa? Kenapa lama banget sampe aku selesai satu lagu tuh haha”
“ahhh udah deh, anggep aja aku baru masuk”
“ga bisa gitu dong, jelas jelas aku liat kamu lari dengan penuh semangat sampai ga nanggepin sapa aku di gerbang tadi”
“eh emang kita ketemu?” tanya Rita bingung
“haduh parah, kayaknya kamu buru buru banget sih jadi tadi beneran ga liat aku?”
“hehe iya kayaknya” rita tertawa kecil
“wuuuu, tadi aku liat kamu lari, tapi belum sempet nyapa kamu udah keburu ngacir, aku pikir kamu di kelas taunya ga ada siapa siapa pas aku masuk, eh ternyata ngumpet di kolong meja hahaha” Agung tertawa lagi dengan sangat keras, membuat Rita benar benar tersipu malu.  Tiba tiba saja sebuah tangan yang terasa besar mendarat di kepalanya dan mengacak ngacak kerudungnya “tenang aja aku ga bilang ke siapa siapa kok” Sentuhan tangan Agung di kepala Rita membuat jantung Rita untuk sekejap berdegup lebih kencang, tak pernah ada lelaki yang seperhatian itu dengannya.

Tak lama kemudian datanglah satu persatu siswa siswi kelas XI IPA SMU bintang dan keadaan sekolah pun menjadi semakin ramai. Tapi Rita tak bisa seleluasa mengobrol dengan Agung saat banyak orang di sampingnya. Sehingga Rita memutuskan untuk selalu datang pagi, agar bisa punya waktu untuk mengobrol denganya sebentar berdua saja, menjadi orang pertama yang menyapanya dan menjadi satu satunya orang yang selalu mendengar permainan indah harmonika Agung.

Komentar

Populer