I Found My Them "My True Friends"

Hari ini, aku sudah menyiapkan mental, buku buku paket sekolah yang dulu dan beberapa buku baru aku masukan kedalam tas slendang hitam kesukaanku, ku tata rambutku sebaik dan serapih mungkin, terakhir aku menatap kaca dan berkata "aku siap". Ku tatap jam biru di dinding, menujukan pukul 07.00, oh tidak aku kesiangan! Dengan tergesa gesa aku mencari cari keberadaan mamaku "MAMAA!" teriakku.
"kenapa ci?" ujar mamaku santai seakan tidak menyadari aku yang sedang gelisah takut terlambat ke sekolah. dengan sedikit kesal ku tunjuk jam biru di dinding itu, dan mama ku masih menanggapinya dengan santai "tenang aja, tunggu sebentar". dengan kesal aku menunggu mamaku di teras rumah.

***
Ini bukanlah kali pertama aku menginjakan kaki di sekolah ini, tapi rasanya begitu mendebarkan. Aku duduk di pinggiran lorong menunggu mamaku menyelesaikan registrasi di ruang kepala sekolah sekaligus ruang guru dan tata usaha. Aku melihat ke sekelilingku, menghapal tataletak sekolah itu yang tidak terlalu asing bagiku. Ya, dulu aku lumayan sering kesini. Aku juga duduk di sini, menunggu kakak ku pulang sekolah. 
Tiba tiba seorang wanita berusia senja dengan baju dinas warna coklatnya menghampiriku, di sertai mamaku di belakangnya. Beliau mengajakku ke sebuah ruang kelas tidah jauh dari ruang guru itu. Beliau mengetuk pintu, dan aku melihat seorang wanita berusia lebih muda dengan baju dinas lainya menghampiriku dan mengajakku masuk ke ruangan itu setelah sedikit berbincang dengan wanita berusia senja di sampingku tadi.

Aku berdiri di hadapan orang orang yang sebaya denganku, wanita yang mengajakku ke dalam ruang kelas itu adalah wali kelas baruku, nama beliau Tety. Beliau memperkenalkanku di depan kelas, di hadapan wajah wajah baru itu. Keadaan saat itu sangan sunyi senyap, di penuhi wajah wajah yang penuh ingin tahu. Semua persiapan perkenalan yang sudah aku siapkan dari kemarin tiba tiba aku lupa, ya inilah yang paling bikin aku berdebar, kesan pertama.

Aku duduk dengan 2 gadis kecil bernama Dinar dan Dheniar. Aku berkenalan dengan mereka, mereka pun menyambutku dengan ramah. Hari pertama, meskipun sedikit canggung, tapi berhasil aku lewati. Hari ke 2 dan beberapa hari setelah itu, aku mulai mengenal banyak teman. Entah kenapa, aku pindah duduk, masih bersama Dinar dan Dheniar namun barisan kami jadi di pinggir.
Di depan bangku ku ada KM namanya Dimas dan teman sebanggkunya Fajar S. kenapa aku menyertakan inisial nama panjangnya karna di kelas itu ada juga yang bernama Fajar, dan tepat duduk di depanya. Fajar yang satu lagi di panggil Fajar N.  Di depanya Fajar N, di bangku paling depan ada anak yang di ketahui paling pintar, karna dia pernah meraih juara 1 saat kenaikan kelas 2, namanya Ayu. Teman sebangkunya adalah anak yang memiliki bakat menggambar namanya Andini. tapi aku kurang akrab sama mereka karna aku lebih sering mengobrol dengan anak anak yang duduknya dekat dengan bangkuku, seperti Dimas, FajarS, tentu saja Dinar, Dheniar dan anak anak yang duduk di belakangku, bangku paling belakang. ada tiga anak, Dani, laki laki berkulit sawo matang, rambutnya lurus dan anaknya sedikit higenis. Arga, laki laki berkulit putih, rambutnya lurus sedikit kemerahan dan gaya bicaranya cepat kayak orang ngerapp.

entah kenapa aku jadi sering menghabiskan waktuku dengan ketiga anak lelaki itu. mereka adalah sahabatku. aku selalu merecehkan uang jajanku dan mengadakan kuis yang berhadiah 100 atau 200 rupiah dari uang jajanku itu.bodoh kalau di ingat sekarang, mereka rela melakukan apa saja demi recehan itu. aku ingat aku meminta arif membawa air di telapak tanganya dari wc putri, dia tetap melakukanya. dan tak terasa hari demi hari makin banyak yang tertarik dengan kuis yang aku adakan. tentu saja aku jadi bangkrut dan aku katakan pada mereka "maaf uang akunya tinggal dikit, jadi ga bisa main kuis-kuisan" sebenarnya waktu itu aku merasa takut akan hilang teman, tapi salah satu dari mereka berkata, "ya ga usah pake uang kita tetebakan aja" itu bikin aku merasa bahagia, ternyata aku salah sangka. mereka bukan mau uang tapi mau main dengan ku. semenjak hari itu bukan hanya bermain kuis, kami juga sering melakukan banyak permainan lainya, seperti petak umpet dan yang paling sering itu kejar kejaran.

hari itu, kami berdelapan (aku, dheniar, dinar, dani, arga, arif, defa dan permana) memutuskan untuk bermain polisi polisian, kami bertiga yang cewe, menjadi polisi dan yang lelaki jadi penjahat. aku berbagi tugas dengan dinar dan deniar, dheniar bertuga menjaga penjara, sedangkan aku dan dinar mengejar penjahat. dalam permainan kali ini terjadi beberapa insiden. yang pertama, saat arif berlari menghindar dari aku dan melewati tempat tahanan atau penjara yg di jaga dheniar, dengan spontan dheniar menarik baju arif dari belakang. "BRET!" gak nyangka semua kancing pada kemeja batik arif lepas semua dan berhamburan di lantai koridor. arif menangis, sambil melipat bajunya kedalam. tapi itu belum menghentikan permainan.
insiden kedua, saat aku mengejar defa. dia berlari menuju koridor kelas 4, di depanya sudah ada permana sebagai penolong penjahat. entah kenapa, defa menghindar juga darinya. dia malah memegang jendela ruang kelas 4 yang terbuka. menahan aku dan permana yang berusaha menariknya. alhasil, tangannya terjepit jendela itu, dia pun menangis. aku merasa menyesal, melihat ke empat jarinya terluka kan kiri. guru kami bu tety segera memberinya obat merah, yang bisa aku lakukan adalah memberikanya satu permen.

***

di sini kita bisa menarik kesimpulan, teman ada di saat kita butuh dan di saat membutuhkan.
untuk menjalin sebuah ikatan pertemanan yang baik dan kuat memang harus banyak cobaan, salah pengertian, dan pertengkaran namun bila semua telah terlewati dengan saling mengerti dan menjaga maka akanlah terciptanya ikatan teman yang sesungguhnya :)


pengertian lain dan kata kata bijak mengenai teman "friend is .."

Komentar

Posting Komentar

Tinggalkan komentar agar penulis semakin semangat ya, terimakasih sudah berkunjung :)

Populer