May I Say "I Love You" (part 2)
~flash back~
Hari itu aku hujan lebat, aku berlari menghindari rintik hujan yang ga mungkin terhindar.
sambil melindungi buku-buku yang aku pinjam dari TB (taman bacaan) aku berlari mencari perlindungan.
Tubuhku telah basah kuyub terkena air hujan.
aduh aku salah pakai baju, kenapa aku pakai baju ini sih!!
keluhku dalam hati saat menyadari baju kemeja putih yang aku kenakan, mulai tidak kelihatan. sambil menutupi bagian bagian tertentu, aku berharap tidak ada seorang pun yang menyadari pakaianku yang tipis.
Sambil menggigil dan terus memeluk buku buku itu di depan dada, aku menatap air hujan yang turun dengan derasnya tanpa kenal lelah. aku mulai menyesali semua kebodohanku hari itu, menggunakan kemeja putih tipis tanpa membawa jaket. meninggalkan payung di depan masjid sampai hilang dan sekarang basah menggigil di tepi jalan. Sungguh sangat memalukan (>.<) pingin rasanya mengulang waktu sehingga aku ga perlu keluar rumah hari itu.
Karna hujan tak kunjung usai akhirnya aku memutuskan diri berlari menuju rumah. Dengan ragu aku mau melangkahkan kakiku dari tempat berlindungku selama ini, tapi tiba tiba hujan berhenti. HAH?! kok berhenti? aku merasa bingung kenapa aku tidak lagi merasakan air hujan di kepalaku padahal di depanku air hujan masih terus berjatuhan. Saat aku mendongkakkan kepalaku aku menemukan sebuah payung biru muda ada di atas kepalaku, aku mencari seseorang yang memegang payung itu dengan mataku yang mengikuti besi pada bagian tengah payung, hingga aku menemukan sebuah tangan yang lumayan besar, ya setidaknya lebih besar dari tanganku memegang payung itu, dan dengan sengaja mengarahkanya ke atas kepalaku agar aku tidak kehujanan. Mataku mengikuti lengan itu hingga aku menemukan sosok yang bagaikan malaikat.
Wajahnya hitam tapi bersih, rambutnya sedikit basah terkena hujan. dan tanganya terulur memegang payung itu. Speechless! Aku ga bisa ngomong apa-apa, aku ga ngerti maksud dia memayungiku, aku juga ga mengerti maunya apa, tapi aku juga merasa berterima kasih, aku bingung harus mulai dari mana. Ia melihatku dan tersenyum, menundukan sedikit kepalanya agar sejajar denganku. dan memecah keheningan dengan senyumya yang datang bersamaan petir. GLEGAARR!!
"jangan hujan hujanan" ujarnya sambil tersenyum, aku kaget tubuh setinggi dan sekekar itu punya suara yg lembut. Masih tak tahu harus jawab apa aku hanya menatapnya dalam. Dia tertawa kecil dan melapas jaket yang dia kenakan "nih pakai" ucapnya halus.
"ga usah makasih, nanti ikut basah" akhirnya suaraku bisa keluar walau dengan gugup. Setidaknya dia bisa tau aku bukan orang bisu.
Senyum lebar kembali tersungging di wajahnya di sertai tawa kecilnya. "ga usah peduli sama jaket aku dulu, mendingan kamu pake aja dari pada kamu jadi tontonan masal karna baju biru muda kamu itu wkwkwk" sambil berbicara ia menyelimuti tubuhku dengan jaketnya yang besar, tawanya semakin menjadi menyadari mukaku yang memerah. Menyadari maksud ucapanya. Asalnya aku tidak mengerti kenapa baju ku di sebut birumuda, padahal aku pakai baju putih yang sekarang basah. ops! aku menyadari maksud pakaian biru muda itu adalah baju yang aku kenakan di dalam baju putih ini. aduh hari ini aku sial banget sih! wajahku merah padam dan terpaksa menerima jaket yang dia tawarkan.
"tapi...." aku masih ragu dengan kebaikanya. sepertinya dia sadar dan sekali lagi senyum tersungging di wajahnya. Dia menarik selemar kertas yang terlipat dan merobek bagian atasnya. lalu menyelipkanya di saku jaketnya yang aku kenakan. "nanti kembaliin ya :)" dia memberikan payung biru muda itu dan langsung lari menaiki bis yang datang. dan menghilang bersama bis itu di tikungan jalan.
aku masih terpana dengan senyumnya, masih speechless karna perlakuan manisnya yang gentle, dan masih belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. saat aku tersadar lelaki itu sudah ga ada, jaketnya masih ku kenakan, payungnya masih ku pegang. ya ampuun, gimana nih.. siapa dia? gimana cara aku ngembaliin semua ini. Aku terus berfikir sambil berjalan di tengah hujan menuju rumahku yang tak jauh dari halte bis itu.
Sesampainya di rumah aku meletakan payung di depan rumah agar kering. Masuk ke kamar mengambil handuk dan mandi. selesai mandi aku kembali berfikir. siapa dia? bagaimana cara aku mengambalikanya? aku duduk di meja belajarku, menatap jendela melihat payung biru muda yang tergeletak di luar sambil menulis buku diari.
hari ini aku bertemu dengan seorang lelaki yang baik hati, dia menolongku dengan meminjamkan jaket dan payungnya. jaket hitam kotak kotak dengan kerah tinggi. dan payung biru muda yang ada gantungan teddynya mirip......
Tanganku terhenti menulis, menatap payung yang ada di teras rumahku. Payung lipat biru muda, dengan gantungan teddy dari kaca bening. Persis seperti payungku yang hilang di mesjid siang tadi... JANGAN JANGAN!!
Hari itu aku hujan lebat, aku berlari menghindari rintik hujan yang ga mungkin terhindar.
sambil melindungi buku-buku yang aku pinjam dari TB (taman bacaan) aku berlari mencari perlindungan.
Tubuhku telah basah kuyub terkena air hujan.
aduh aku salah pakai baju, kenapa aku pakai baju ini sih!!
keluhku dalam hati saat menyadari baju kemeja putih yang aku kenakan, mulai tidak kelihatan. sambil menutupi bagian bagian tertentu, aku berharap tidak ada seorang pun yang menyadari pakaianku yang tipis.
Sambil menggigil dan terus memeluk buku buku itu di depan dada, aku menatap air hujan yang turun dengan derasnya tanpa kenal lelah. aku mulai menyesali semua kebodohanku hari itu, menggunakan kemeja putih tipis tanpa membawa jaket. meninggalkan payung di depan masjid sampai hilang dan sekarang basah menggigil di tepi jalan. Sungguh sangat memalukan (>.<) pingin rasanya mengulang waktu sehingga aku ga perlu keluar rumah hari itu.
Karna hujan tak kunjung usai akhirnya aku memutuskan diri berlari menuju rumah. Dengan ragu aku mau melangkahkan kakiku dari tempat berlindungku selama ini, tapi tiba tiba hujan berhenti. HAH?! kok berhenti? aku merasa bingung kenapa aku tidak lagi merasakan air hujan di kepalaku padahal di depanku air hujan masih terus berjatuhan. Saat aku mendongkakkan kepalaku aku menemukan sebuah payung biru muda ada di atas kepalaku, aku mencari seseorang yang memegang payung itu dengan mataku yang mengikuti besi pada bagian tengah payung, hingga aku menemukan sebuah tangan yang lumayan besar, ya setidaknya lebih besar dari tanganku memegang payung itu, dan dengan sengaja mengarahkanya ke atas kepalaku agar aku tidak kehujanan. Mataku mengikuti lengan itu hingga aku menemukan sosok yang bagaikan malaikat.
Wajahnya hitam tapi bersih, rambutnya sedikit basah terkena hujan. dan tanganya terulur memegang payung itu. Speechless! Aku ga bisa ngomong apa-apa, aku ga ngerti maksud dia memayungiku, aku juga ga mengerti maunya apa, tapi aku juga merasa berterima kasih, aku bingung harus mulai dari mana. Ia melihatku dan tersenyum, menundukan sedikit kepalanya agar sejajar denganku. dan memecah keheningan dengan senyumya yang datang bersamaan petir. GLEGAARR!!
"jangan hujan hujanan" ujarnya sambil tersenyum, aku kaget tubuh setinggi dan sekekar itu punya suara yg lembut. Masih tak tahu harus jawab apa aku hanya menatapnya dalam. Dia tertawa kecil dan melapas jaket yang dia kenakan "nih pakai" ucapnya halus.
"ga usah makasih, nanti ikut basah" akhirnya suaraku bisa keluar walau dengan gugup. Setidaknya dia bisa tau aku bukan orang bisu.
Senyum lebar kembali tersungging di wajahnya di sertai tawa kecilnya. "ga usah peduli sama jaket aku dulu, mendingan kamu pake aja dari pada kamu jadi tontonan masal karna baju biru muda kamu itu wkwkwk" sambil berbicara ia menyelimuti tubuhku dengan jaketnya yang besar, tawanya semakin menjadi menyadari mukaku yang memerah. Menyadari maksud ucapanya. Asalnya aku tidak mengerti kenapa baju ku di sebut birumuda, padahal aku pakai baju putih yang sekarang basah. ops! aku menyadari maksud pakaian biru muda itu adalah baju yang aku kenakan di dalam baju putih ini. aduh hari ini aku sial banget sih! wajahku merah padam dan terpaksa menerima jaket yang dia tawarkan.
"tapi...." aku masih ragu dengan kebaikanya. sepertinya dia sadar dan sekali lagi senyum tersungging di wajahnya. Dia menarik selemar kertas yang terlipat dan merobek bagian atasnya. lalu menyelipkanya di saku jaketnya yang aku kenakan. "nanti kembaliin ya :)" dia memberikan payung biru muda itu dan langsung lari menaiki bis yang datang. dan menghilang bersama bis itu di tikungan jalan.
aku masih terpana dengan senyumnya, masih speechless karna perlakuan manisnya yang gentle, dan masih belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. saat aku tersadar lelaki itu sudah ga ada, jaketnya masih ku kenakan, payungnya masih ku pegang. ya ampuun, gimana nih.. siapa dia? gimana cara aku ngembaliin semua ini. Aku terus berfikir sambil berjalan di tengah hujan menuju rumahku yang tak jauh dari halte bis itu.
Sesampainya di rumah aku meletakan payung di depan rumah agar kering. Masuk ke kamar mengambil handuk dan mandi. selesai mandi aku kembali berfikir. siapa dia? bagaimana cara aku mengambalikanya? aku duduk di meja belajarku, menatap jendela melihat payung biru muda yang tergeletak di luar sambil menulis buku diari.
Senin, 14 februari
Dear Diary-ku Nanahari ini aku bertemu dengan seorang lelaki yang baik hati, dia menolongku dengan meminjamkan jaket dan payungnya. jaket hitam kotak kotak dengan kerah tinggi. dan payung biru muda yang ada gantungan teddynya mirip......
Tanganku terhenti menulis, menatap payung yang ada di teras rumahku. Payung lipat biru muda, dengan gantungan teddy dari kaca bening. Persis seperti payungku yang hilang di mesjid siang tadi... JANGAN JANGAN!!
Jangan-jangan jeng jeng jeng jeng
BalasHapus*uhuk MALINNNGGG *ngilang
sebenarnya saya bingung dengan cerpen ini. --a
Hapus